Kenapa Petani India Memusuhi Reformasi Agraria?
- dw
Akibatnya nilai produksi dari sektor pertanian, perhutanan dan perikanan menyusut dari sebanyak 50% terhadap Produk Domestik Brutto, menjadi cuma 15 persen. Dan pada saat yang sama, sebanyak 40% angkatan kerja masih menggantungkan hidup di sektor pertanian.
Meningkat inflasi dari 2,5% oada 2017 menjadi 7,7% pada 2019 turut menguras isi kantung petani. Menurut survey pemerintah antara 2013 dan 2016, sebanyak 52 persen rumah tangga pertanian terikat utang berjangka waktu pendek.
Pada 2018, Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memperkirakan antara tiga tahun itu, upah petani hanya meningkat sebanyak dua persen. Setahun berselang sebuah komite pemerintah menyimpulkan, pendapatan petani harus meningkat sebanyak 10,4% per tahun untuk mengimbangi laju kenaikan upah di sektor lain.
Komite itu juga mencatat, negara harus menginvestasikan dana sebesar USD 86 miliar untuk memodernisasi sektor pertanian. Namun kedua hal tidak dilaksanakan.
Devinder Sharma, pengamat pertanian yang fokus pada ketimpangan kemakmuran, mengatakan para petani tidak hanya memrotes reformasi, tetapi juga "mempertanyakan desain perekonomian di negeri ini.”
"Rasa amarah yang Anda lihat adalah marah yang ditahan,” kata dia. "Ketimpangan meningkat di India dan petani menjadi semakin miskin. Pembuat kebijakan gagal menyadari ini dan mereka menyedot kemakmuran dari tingkat bawah ke atas.”
rzn/ (dpa, ap, timesofindia, bbc, vox)