Kenapa Petani India Memusuhi Reformasi Agraria?
- dw
Sejak November mereka menginap di luar kota New Delhi. Selasa (26/1), ribuan petani India menerobos blokade kepolisian dan berjalan ke pusat kota dengan traktor dan lautan massa, ketika seisi negeri sedang merayakan Hari Republik, untuk mengenang pengesahan konstitusi India pasca penjajahan Inggris.
Polisi membuka tiga koridor sepanjang 60km untuk demonstrasi para petani, setelah sebelumnya gagal menghalau massa dengan tongkat dan gas air mata. Demonstran mengibarkan bendera serikat petani dan berkumpul di Benteng Merah, di mana upacara perayaan kemerdekaan digelar setiap tahun.
Pemimpin aksi demonstrasi mengklaim para petani membawa serta 10.000 traktor ke ibu kota. Selama dua bulan terakhir, para petani menginap di sejumlah titik di luar kota, mendirikan dapur umum dan menyiapkan pasokan pangan untuk jangka waktu lama.
Mereka menuntut agar pemerintah mencabutUU Agrukultur 2020 yang disahkan September silam. Para petani menilai, liberalisasi pasar seperti yang diinginkan pemerintah melukai pemasukan petani.
"Kami ingin menunjukkan kepada Modi kekuatan kami,” kata Satpal Singh, seorang petani India. "Kami tidak akan menyerah,” tukasnya. Sementara rekannya yang lain, Manjeet Singh, mengecam upaya pemerintah mengorbankan kaum miskin demi pertumbuhan ekonomi.
"Kami akan melakukan apa yang kami inginkan. Anda tidak bisa memaksakan hukum Anda kepada kaum miskin,” kata dia.
Reformasi agraria pro-pasar
UU Agrikultur yang baru disahkan memupus tanggung jawab negara untuk melindungi petani dari tekanan pasar. Selama ini petani India berpegang pada harga yang ditetapkan pemerintah. Kebanyakan hasil panen dijual di Mandi, pasar produk pertanian yang tunduk pada harga pemerintah.