Logo ABC

Para Peneliti Vaksin COVID-19 Jadi Sasaran Serangan Siber

Perusahaan keamanan siber Crowdstrike melukiskan Fancy Bear sebagai kelompok peretas yang menarget para peneliti vaksin COVID.
Perusahaan keamanan siber Crowdstrike melukiskan Fancy Bear sebagai kelompok peretas yang menarget para peneliti vaksin COVID.
Sumber :
  • abc

"Mereka menggunakan beberapa kata bahasa Rusia di kode sumber. Bagi penutur asli Rusia seperti saya, saya tahu itu merupakan terjemahan Google," jelas Sergei.

A Crowdstrike illustration of the Anchor Panda hacking group Anchor Panda merupakan salah satu kelompok peretas yang dikenal sebagai advanced persistent threat (APT).

Supplied: Crowdstrike

Berhasilkah serangan terhadap peneliti COVID?

Serangan terhadap European Medicines Agency dengan target vaksin yang dikembangkan Pfizer bersama BioNtech, diakui berhasil mencuri beberapa dokumen.

Namun tidak dijelaskan seberapa berguna dokumen-dokumen yang dicuri tersebut.

Perusahaan dan lembaga pemerintah biasanya tidak akan melaporkan bila dibobol karena khawatir dengan reputasi mereka. Atau karena para peretas terlalu piawai sehingga serangannya tak disadari.

"Apa pun yang muncul dalam pemberitaan hanyalah puncak gunung es," kata Sergei Shevchenko.

Butuh waktu bulanan untuk menyadari adanya serangan siber. Pada tahun 2018, FireEye melaporkan rata-rata masa tunggu serangan siber (waktu sebelum serangan terdeteksi) adalah 71 hari di AS, dan 204 hari di Asia Pasifik.

Menurut Robert Potter, pakar keamanan siber Australia bekerja di Deplu AS, tidak ada bukti bahwa peretas telah mencuri data COVID yang berguna.

"Saya belum mendengar laporannya," katanya.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Science.