Mengapa Sulit Sekali Menulis Tentang Jerman, Ini Kata Diaspora
- dw
Tentang ngobrol Jerman
Kadang saya juga ingin sekali bilang sama kolega-kolega saya yang berasal dari Jerman (masih susah menyebut mereka sebagai teman, karena… ya memang bukan betulan teman?) kalau bagi saya ini lebih menyenangkan pakai bahasa Indonesia atau mungkin, bahasa Inggris. "Hallo Leute, ich bin mehr interessant, wenn ich auf Indonesisch sprechen!”
Ujung-ujungnya saya cuma cuma bisa ngobrol haha hihi bersama teman dari Indonesia dan kadang, sesama pelajar asing pakai bahasa Jerman seadaanya. Pengakuan, terkadang saya tidak begitu mengerti dengan apa yang mereka bilang. Antara betulan tidak jelas atau memang betulan tidak lucu saja. Asal ketawa saja, biar tidak kaku.
Masalah saya dan perbahasaan ini, sepertinya tidak akan pernah selesai. Begitu juga dengan masalah-masalah lain yang terkait dengan perjermanan. Nanti kalau saya pindah ke tempat lain, pasti juga akan ganti masalah. Tapi semoga ketika saya punya masalah lagi (atau kalau disebut dengan lebih positif, pengalaman) saya sudah bisa menuliskannya dengan lebih baik. Tidak kebanyakan alasan hanya untuk menjawab, "Ya gak tertarik aja nulis tentang ini.”
Oh iya, pesan dari teman saya itu pada akhirnya saya jawab dengan, "Belum nih. Doain aja ya.” Lengkap dengan emoji mengedipkan mata. Sangat diplomatis.
*Rizqi Maytasari adalah seorang mahasiswa Betriebswirtschaftslehre di Zittau, Jerman.
**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri. (hp)