Mengapa Sulit Sekali Menulis Tentang Jerman, Ini Kata Diaspora
- dw
Teman saya yang baru punya blog pernah bertanya lewat layanan pesan singkat, "Blogmu isinya cerita tentang Jerman, ya?” Pesan yang diketik dalam sepersekian detik itu membuat saya berpikir cukup lama, pernah menulis tentang Jerman gak ya?
Sebagai penulis serabutan (re: tidak konsisten dan tidak jelas karena ada di mana-mana), rasanya paling mentok saya membahas keinginan ingin pulang dan adulting (yang kebetulan terjadi di Jerman) secara general. Tiga tahun saya tinggal di sini dan tidak ada satu pun tulisan saya yang secara eksplisit membahas tentang kehidupan saya di Jerman.
Pengaruh genre?
Bisa jadi. Saya masih lebih sering menulis fiksi atau non fiksi yang difiksi-fiksikan. Intinya, yang banyak emosinya. Kalau menulis tentang pengalaman, entah mengapa rasanya saya harus menulis sesuatu dengan seobjektif mungkin. Sekedar 5W+1H. Padahal pengalaman itu subjektif ya? Sepertinya itu masalah diri saya saja sendiri, terkungkung dalam formula "how to write a good experience.”
Seandainya saya benar-benar ingin membahas tentang per-Jerman-an, saya juga bingung harus menulis apa. Kehidupan di Jerman itu kompleks sekaligus sederhana. All these feelings and its only become words, begitu tulisan di salah satu buku puisi yang pernah saya baca. Ketika menulis non fiksi terkadang saya merasa harus mengangkat tema tersebut secara komprehensiv dan objektif, tidak cuma dari satu perspektif.
Rasanya tidak etis untuk mengindah-indahkan Jerman dan jualan mimpi, padahal saya tahu sendiri jungkir balik selama hidup disini. Tidak mungkin juga saya mengolok-olok negara ini-terlepas dari segala sambatan di media sosial dan saat jam makan siang, karena kalau dipikirkan lagi, tidak seburuk itu, kok. Saya tidak mau terlalu dramatis, padahal untuk menjadi realistis melalui bidang ini juga sulit.
Karena kompleksitasnya itu, saya bingung bila harus memilih satu tema untuk benar-benar dibahas secara mendalam. Another TMI, sepertinya memang saya ini tipe generalis yang pikirannya keburu merambah kemana-mana. Jadi susah sekali untuk fokus hanya pada, misal pengalaman sekolah. Gatel. Jadi mau menulis tentang yang lain juga, tapi tidak tahu apa bisa (atau lebih tepatnya, mau) untuk membahas semuanya satu-satu secara mendalam lewat artikel yang berbeda. Harap maklum, memang pada dasarnya serabutan dan anaknya all over the place.