Banyak Penjahit Asal Asia di Australia Tak Terlihat dan Dieksploitasi
- abc
Selama tiga tahun sejak 2016, salah satu perusahaan yang mempekerjakannya berutang hingga $15.000, atau lebih dari Rp150.000.000 untuk pakaian yang ia buat.
"Orang itu mengutang pada saya, katanya mereka tak punya uang karena bisnisnya berjalan kurang baik," katanya.
Saat tagihan belum terbayar dan perusahaan berganti nama, Nguyen akhirnya menghubungi serikat pekerja.
"Saat itu baru saya mendapat uang $15.000 kembali tahun kemarin, sebelum pandemi," ujarnya.
Penjahit yang kerja di rumah diminta melapor
Jenny Kruschel dari serikat pekerja industri garmen di Australia mengatakan kondisi pekerja fesyen di Australia dan di luar negeri hampir memiliki persamaan.
"Baik di Australia atau di luar negeri, jika Anda pekerja garmen, kemungkinan besar Anda akan dieksploitasi dan tidak dibayar semestinya, hanya pekerja kasual, dan tersembunyi," ujar Jenny.
Jenny Kruschel dari serikat pekerja tekstil, pakaian, dan sepatu mengatakan eksploitasi pekerja garmen tidak hanya terjadi di luar negeri. (ABC News: Erwin Renaldi)
Menurutnya sangat penting bagi penjahit Australia yang bekerja di rumah untuk mau berbicara, sehingga mereka bisa dibayar semestinya dan memiliki kondisi yang lebih baik.
Lembaga ECA dan serikat kerja TFC selama tiga hari, yakni mulai 25 November akan menggelar kampanye dan meminta penjahit yang bekerja di rumah untuk menghubungi hotline nasional untuk membantu mereka lebih memahami hak-hak mereka sebagai pekerja.