Bagaimana Rusia Melancarkan Perang Disinformasi di Georgia
- dw
Taktik mengunggah ulang gambar atau video di luar konteks adalah hal lumrah dalam praktik disinformasi. Khususnya di Georgia, propaganda tersebut seringkali diarahkan terhadap kaum muslim dan pengungsi.
Unggahan lain di sebuah laman Facebook bernama “You Are Georgia” misalnya menampilkan perempuan yang babak belur, dan diklaim sebagai korban kekerasan kaum migran di Inggris. Namun pencarian di internet menemukan kebanyakan merupakan korban kekerasan domestik.
Membibit keraguan
Bagaimana Rusia menyebar konten palsu secara massal? LSM pemantau pemilu, Masyarakat International untuk Pemilu Adil dan Demokrasi (ISFED), menemukan aktivitas terkoordinasi dari 11 laman Facebook yang diikuti hingga 762,832 pengguna di Georgia.
Sebagian besar konten yang diunggah di sana bersifat ringan, seperti foto atau video hewan dan kuis kepribadian. Namun ISFED menilai gaya ringan propaganda Rusia “ditujukan untuk mengumpulkan kepercayaan dari warga terhadap kantor berita pro-Kremlin, dan melunakkan skepsisme atau disalagunakan untuk mengumpulkan informasi pengguna.”
Salah satu sumber yang sering dikutip adalah kantor berita Sputnik. Artikel-artikel milik kantor berita Rusia itu tercatat dibagikan secara rutin oleh 26 akun anonim di grup-grup lokal Facebook di Georgia.
Kremlin tidak cuma menayangkan kabar palsu di Georgia, tetapi juga bersekongkol dengan organisasi lokal. Menurut temuan ISFED, laman Facebook milik kelompok nasionalis anti-liberal, Georgian March dan Aliansi Patriot, dikelola dari Rusia. Sebuah investigasi oleh lembaga penelitian Dossier Center di London belum lama ini mengungkap, Aliansi Patriot menerima dana kampanye sebesar USD 8 juta dari Moskow.
Bekas Duta Besar Georgia untuk AS, Vasil?Sikarulidze, mengatakan kepada DW, bahwa Moskow “memanfaatkan perpecahan yang sudah ada di dalam masyarakat.” Menurutnya negara demokrasi berumur muda seperti di Georgia lebih rentan terhadap taktik adu domba.