Mengenal Sistem Electoral College, Kunci Kemenangan Pilpres AS
- IndyStar
VIVA – Pemilu Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) akan digelar hari ini, Selasa 3 November 2020, waktu setempat. Warga Amerika Serikat akan menyalurkan hak suara mereka untuk menentukan siapa yang akan menjadi presiden ke-46 di Negeri Paman Sam itu.
Berbeda dengan sistem pemilu di Indonesia, di mana presiden ditentukan berdasarkan suara terbanyak, pemilu AS ditentukan dalam sistem yang dikenal sebagai Electoral College dan bukan secara mutlak berdasarkan pada suara publik (popular vote).
Meskipun para pemilih di AS akan secara langsung memilih kandidat presiden melalui surat suara, namun hasil pemungutan suara itu tak menjadi penentu kandidat memenangkan pemilu. Sebaliknya, semua tergantung pada elector atau orang-orang dalam Electoral College.
Di bawah sistem Electoral College, setiap negara bagian di Amerika Serikat memiliki sekelompok elector yang dipilih oleh partai politik di negara bagian tersebut. Para elector terpilih ini kemudian menjadi perwakilan untuk memilih capres dan cawapres, yang memperoleh suara terbanyak di negara bagian masing-masing.
Jumlah elector dari setiap negara bagian, sebanding dengan berapa banyak pejabat yang terpilih dari negara bagian tersebut di Dewan Perwakilan Rakyat atau Senat, atau yang dikenal sebagai Kongres AS.
Kursi Kongres pun dibagi dengan cara tertentu. DPR AS memiliki 435 kursi untuk 50 negara bagian. Jumlah kursi dibagi berdasarkan populasi masing-masing negara bagian, yang ditentukan lewat sensus penduduk setiap 10 tahun.
Setiap negara bagian, bahkan yang berpenduduk sedikit, dijamin setidaknya memiliki satu kursi di DPR. Sementara itu, setiap negara bagian, terlepas dari populasinya, memiliki dua senator untuk Senat AS.
Distrik Federal Columbia, selaku rumah bagi ibu kota AS, juga mendapat tiga elector. Jadi total elector yang akan memilih presiden dan wakil presiden pada pilpres tahun ini adalah 538 orang.
Untuk memenangi pemilu, seorang kandidat harus memenangkan cukup banyak negara bagian guna memenangi suara dari setidaknya 270 elector, terlepas dari apakah mereka memenangi suara publik (popular vote) secara keseluruhan atau tidak.
Contohnya pada Pemilu 2016, Trump kalah suara nasional dari Hillary Clinton. Dia mendapatkan 46,1 persen dari total suara (atau 62.979.879 suara individu), dibandingkan dengan Clinton yang memperoleh 48,2 persen (atau 65.844.954 suara individu).
Namun, karena Trump mendapatkan dukungan lebih banyak negara bagian sehingga memenangi lebih banyak suara elector, dia menjadi yang teratas. Trump mendapat 304 suara di Electoral College, dibandingkan Clinton yang mendapatkan 232 suara. Dengan demikian, Trump memenangi pilpres pada 2016.
Baca juga:Â Perang Hacker di Pemilu Presiden AS