Kisah Keluarga Kehilangan Putranya dalam Perang demi Tanah Air
- bbc
"Putri saya berkata ayahnya telah menjadi malaikat dan berada di surga. Dia mengulangi kata-kata saya. Anak itu belum memahami bahwa ayahnya tak lagi bersama kita" kata Aziza.
Keluarganya selalu menyimpan bendera Azerbaijan di rumah mereka dan kini Aziza berharap putranya Ruslan, yang baru berusia empat tahun, suatu hari akan bergabung dengan militer dan menjadi seorang jenderal.
"Saya akan mengajarkan anak-anak saya untuk membenci Armenia karena mereka membunuh putra-putra kami. Banyak perempuan menjadi janda, ibu-ibu kehilangan putra mereka. Namun ini tanah kami. Semua orang tahu ini wilayah Azerbaijan," tutur Aziza.
Etnis Armenia memandang Karabakh, yang mereka sebut Artsakh, sebagai "tanah air" mereka juga - tempat ini menjadi pos terakhir dari kerajaan Kristen kuno mereka. Dan banyak yang siap mengorbankan hidup mereka untuk itu.
Davit Hovhannisyan, 25 tahun, ingin mengejar karir militer sejak usia muda. Di masa kecilnya, dia kerap mengenakan seragam militer dan berpose untuk foto.
Dia terbunuh pada 10 Oktober di bagian tenggara Nagorno-Karabakh.
Sepupunya, Nellie Petrosyan, mengenangnya sebagai seorang pria yang pandai menyanyikan lagu-lagu patriotik dan suka bercanda dengan keluarganya.
"Saya terakhir melihatnya pada bulan September; kami pergi mengunjungi biara abad ke-10 di desa kami Shatin."