Pulau Terpencil bagi 100.000 Pengungsi Rohingya, Dianggap Penjara
- bbc
Itulah kali terakhir Khatun berbicara dengan putrinya.
Pulau Bhasan Char
Pulau Bhasan Char, yang terletak 60 km dari daratan utama Bangladesh, muncul ke permukaan laut kurang dari 20 tahun lalu. Ketinggian tanahnya kurang dari dua meter di atas permukaan laut. Materi tanahnya adalah tanah lempung, berasal dari sedimen Himalaya yang dibawa sungai ke laut.
Dengan biaya US$350 juta atau Rp5,1 triliun, pemerintah Bangladesh menghabiskan tiga tahun membangun kota baru di pulau terpencil ini. Tujuan mereka adalah merelokasi lebih dari 100.000 pengungsi ke pulau tersebut guna meredakan ketegangan di kamp-kamp pengungsian di Cox`s Bazar.
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, berulang kali membela rencana pemerintahnya seraya mendesak komunitas internasional agar "memahami situasi yang tidak bisa ditangani" bagi ratusan ribu pengungsi di Cox`s Bazar.
"Krisis ini sekarang menjadi ancaman kawasan. Selain bertambahnya kepadatan dan degradasi lingkungan, ini telah menjadi tantangan kesehatan dan keamanan di kawasan itu," kata Hasina dalam forum Majelis Umum PBB tahun lalu.
Akan tetapi, bagi banyak orang Rohingya, pulau itu adalah "penjara" dan dari 306 pengungsi yang kini bermukim di pulau tersebut, termasuk kedua anak Khatun, semuanya direlokasi tanpa persetujuan mereka. Tidak ada pengungsi yang diperbolehkan pergi.
PBB mengatakan sebagian besar 306 orang itu adalah perempuan dan anak-anak.
Kunjungan ke pulau
Lantaran berada di bawah tekanan dari Dewan HAM PBB agar berhenti mengirim pengungsi Rohingya ke pulau tersebut secara sepihak, pemerintah Bangladesh kini mengerahkan kampanye pemasaran guna mempromosikan pulau tersebut sebagai ruang terbuka dan pilihan alternatif modern dibanding kondisi yang dihadapi pengungsi di Cox`s Bazar.
Kampanye itu mencakup antara lain membawa sekumpulan wartawan, termasuk BBC, dalam tur media ke pulau tersebut dengan pemantauan angkatan laut dan dinas intelijen.
Setelah menumpang kapal AL selama tiga jam, Komodor Abdullah al Mamum Chowdhury mengawal sekumpulan wartawan ke lokasi yang baru selesai dibangun.