Pulau Terpencil bagi 100.000 Pengungsi Rohingya, Dianggap Penjara
- bbc
Sampai kemudian mereka memutuskan kabur ke Malaysia yang berpenduduk mayoritas Muslim.
"Salah satu kerabat saya di Malaysia menelpon saya tahun lalu. Menurutnya, banyak pria Malaysia ingin menikahi perempuan Rohingya," tutur Khatun, dalam busana gamis dan kerudung putih.
"Dia menjamin putri saya akan bisa menikah di sana dan putra saya bakal mendapat pekerjaan bagus."
Berlayar dari Bangladesh ke Malaysia menjadi cara bepergian keluar kamp paling umum bagi para pemuda Rohingya. Namun, perjalanan itu penuh mara bahaya.
Pada pekan yang sama dengan kepergian dua anak Khatun, sebuah perahu nelayan yang juga membawa puluhan pengungsi karam di lepas pantai Bangladesh. Sebanyak 14 orang kehilangan nyawa mereka.
Dicegat aparat Malaysia
Setelah 10 hari berlayar, kedua anak Khatun dapat melihat daratan Malaysia dari laut. Akan tetapi, keberadaan mereka dilacak Angkatan Laut Malaysia.
Aparat Malaysia lantas menghalau mereka sehingga perahu nelayan itu terombang-ambing selama sebulan di Laut Andaman. Seruan media setempat dan berbagai kelompok HAM akhirnya membuat Dinas Penjaga Pantai Bangladesh turun tangan.
Di kamp pengungsian, Khatun menerima panggilan dari nomor telepon tak dikenal.
"Putri saya terdengar sangat risau. Dia menangis saat memberitahu saya bahwa dia dipindahkan ke sebuah pulau bernama Bhasan Char."
Bersama dengan ratusan pengungsi lainnya yang juga ditolak masuk ke Malaysia, kedua anak Khatun tidak diperbolehkan kembali ke kamp pengungsian di Cox`s Bazar. Mereka justru dibawa ke Pulau Bhasan Char yang terletak di Teluk Benggala.