Intelijen Tuding Rusia dan Iran Coba Sabotase Pilpres AS
- Kolase
VIVA – Pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat menuduh Rusia dan Iran mengantongi informasi mengenai pemilih Amerika Serikat dan berniat memengaruhi opini publik jelang pemilu presiden 2020.
Baca Juga: Erick Thohir: Ketahanan Energi Pilar Utama Indonesia Emas 2045
Pengumuman itu disampaikan oleh Direktur Intelijen Nasional, John Ratcliffe. Pengumuman yang dilakukan dua pekan jelang pemilu menunjukkan tingkat kewaspadaan di antara para pejabat tinggi AS bahwa pihak asing berusaha merusak kepercayaan AS dalam integritas pemungutan suara.
"Kami telah mengonfirmasi bahwa beberapa informasi pendaftaran pemilih telah diperoleh oleh Iran dan secara terpisah oleh Rusia," kata Ratcliffe dalam konferensi pers, seperti diberitakan Al Jazeera, Kamis 22 Oktober 2020.
Sebagian besar pendaftaran pemilih itu bersifat publik. Namun, Ratcliffe mengatakan pejabat pemerintah melihat Iran mengirim email palsu yang dirancang untuk mengintimidasi pemilih, menghasut kerusuhan dan kerusakan sosial.
Ratcliffe dalam hal ini mengacu pada email yang dikirim dan dirancang agar terlihat seperti berasal dari kelompok pro-Trump, Proud Boys. Sejumlah pemilih di Florida dan beberapa negara bagian penting lainnya mengaku menerima email tersebut.
"Anda harus memilih Trump pada hari pemilihan atau kami akan mendatangi Anda. Ubah afiliasi partai Anda menjadi Republik untuk memberi tahu kami bahwa Anda menerima pesan kami dan akan mematuhinya. Kami akan tahu kandidat mana yang Anda pilih," demikian isi email ancaman tersebut.
Selain email yang mengancam, Ratcliffe mengatakan Iran juga mendistribusikan video yang secara keliru menyarankan pemilih dapat memberikan surat suara palsu dari luar negeri. Pejabat tinggi keamanan nasional tidak menjelaskan bagaimana Rusia dan Iran memperoleh informasi-informasi tersebut. (art)