Bagaimana Uni Emirat Arab Jadi Kekuatan Dominan di Timur Tengah
- bbc
Pada musim panas 2018, UEA mendaratkan pasukan di Pulau Socotra yang memiliki letak strategis di Yaman.
UEA mengumpulkan pasukan di sebuah pangkalan yang mereka sewa di Assab, Eritrea. Mereka menghalangi pasukan yang hendak menyeberangi Laut Merah untuk merebut pelabuhan Hudaydah dari Houthi.
Perang di Yaman sekarang sudah berlangsung selama hampir enam tahun. Tidak ada pemenang yang jelas dalam perang itu. Kelompok Houthi tetap bercokol di ibu kota Yaman, Sanaa, dan sebagian besar wilayah negara itu.
Keterlibatan pasukan UEA telah menimbulkan korban jiwa, termasuk lebih dari 50 orang dalam satu serangan rudal. Tiga hari berkabung nasional digelar di UEA setelah peristiwa itu.
Reputasi UEA juga rusak karena hubungan mereka dengan beberapa milisi lokal yang tidak disukai dan berkaitan dengan al-Qaeda.
Laporan sejumlah aktivis hak asasi manusia menyebut bahwa UEA berkaitan dengan tindakan mengunci puluhan tahanan di dalam sebuah kontainer pengiriman. Orang-orang itu dilaporkan meninggal dalam panas terik.
Aliansi baru dengan Israel
Sejak kejadian itu UEA mengurangi keterlibatan mereka dalam konflik Yaman yang mematikan. Namun UEA terus memperluas jangkauan militernya. Mereka terlibat upaya kontroversial untuk mencegah pengaruh Turki di Timur Tengah.
Jadi, jika Turki menancapkan pengaruh besar di ibu kota Somalia, Mogadishu, UEA justru mendukung masyarakat Somaliland untuk memerdekakan diri. UEA sudah membangun pangkalan militer di Berbera, Teluk Aden.
Di Libia yang juga tengah dilanda perang, UEA berkoalisi dengan militer Rusia dan Mesir untuk mendukung pasukan Khalifa Haftar, melawan kelompok pendukung pemerintah Libia yang didukung Turki, Qatar, dan beberapa negara lainnya.
September ini, UEA mengirim kapal dan jet tempur ke pulau Kreta dalam rangka latihan bersama dengan militer Yunani.