Email Hillary Clinton ke Ikhwanul Muslimin Berbuntut Panjang
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Media di Teluk, khususnya Al-Ain dan Al-Arabiya disebut berfokus pada email baru yang tampaknya terkait dengan mantan menteri luar negeri dan eks kandidat presiden Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton, dan Ikhwanul Muslimin.
Dikutip dari laman Jerusalem Post pada Selasa (13/10), disebutkan media Barat dan Amerika Serikat tampaknya menutupi fakta bahwa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo akan merilis lebih banyak email, yang baru dan lama dalam laporan tersebut. Namun, fokusnya yakni pada hubungan Clinton dengan Ikhwanul Muslimin, sebuah kelompok yang dianggap teroris oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi.
Media Al-Ain memiliki beberapa cerita di email tersebut. Sebuah artikel pada 11 Oktober mengklaim bahwa email tersebut mengungkapkan rencana Al-Jazeera untuk menggulingkan Presiden Mesir periode 1981-2011 Hosni Mubarak.
Warga Mesir yang percaya Arab Springs 2011 dibajak Ikhwanul Muslimin, telah lama menuduh Departemen Luar Negeri AS lebih memilih Ikhwanul Muslimin untuk memerintah Mesir.
Ada beberapa bukti bahwa sejak beberapa dekade yang lalu, Amerika Serikat telah melakukan kontak atau melihat dengan beberapa dukungan potensi peran Ikhwanul Muslimin. Ini adalah alasan yang sama bahwa beberapa orang memuji Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Turki ketika berkuasa, percaya bahwa politik Islam moderat lebih disukai daripada rezim otoriter sekuler. Tetapi kenyataan berkata lain. Mereka lebih otoriter dan ekstremis daripada pesaing sekuler dan nasionalis.
Fokus baru pada email, dan peran Clinton muncul di tengah beberapa perubahan di kawasan ini dan kebangkitan Joe Biden di Amerika Serikat. Pandangan dan tim kebijakan luar negeri Biden diharapkan serupa dengan yang dimiliki Clinton dan pemerintahan Obama, dengan beberapa penyesuaian. Clinton merupakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat dari 2009 hingga 2013. Dia memainkan peran kunci selama Musim Semi Arab.
Menurut Al-Ain, salah satu email, yang mereka posting, tertanggal 28 Januari 2011, berbunyi, "Terungkapnya korespondensi mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton, yang menunjukkan koordinasinya dengan saluran Qatar Al-Jazeera mengenai sikap garis keras Washington tentang mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak".