Logo ABC

Sepak Terjang Perempuan Indonesia yang Ditangkap Militer Filipina

Tentara memberi isyarat di atas truk militer saat mereka dikerahkan ke desa-desa terpencil di Jolo, Sulu, Filipina selatan 17 Oktober 2014.
Tentara memberi isyarat di atas truk militer saat mereka dikerahkan ke desa-desa terpencil di Jolo, Sulu, Filipina selatan 17 Oktober 2014.
Sumber :
  • abc

Angkatan bersenjata Filipina telah menangkap seorang calon pelaku bom bunuh diri Indonesia dan menuduhnya terlibat dalam rencana untuk menyerang sebuah kota di selatan Filipina yang akan segera dilakukan.

Orangtua perempuan Indonesia itu juga terlibat dalam aksi yang membunuh setidaknya 20 orang dalam serangan bunuh diri pada sebuah misa hari Minggu. Suaminya disalahkan atas pengeboman tahun 2016 yang menewaskan seorang anak. Tentara dan polisi terus memburu setidaknya delapan orang asing lainnya di Sulu.

Tentara dan polisi menangkap Rezky Fantasya Rullie bersama dua perempuan Filipina, yang dicurigai sebagai istri militan Abu Sayyaf.

Mereka dilacak ke sebuah rumah di kota Jolo selatan di provinsi Sulu, tempat pihak berwenang menemukan rompi peledak dan komponen bom, kata Komando Militer Mindanao Barat.

Militer juga mengumumkan bahwa suami Rezky, Andi Baso yang dicari di Filipina dan Indonesia karena dugaan keterlibatannya dalam serangan bom, telah tewas dalam bentrokan 29 Agustus di dekat Kota Patikul di Sulu.

Rezky ditangkap bersama dua perempuan lain, termasuk Inda Nurhaina, yang menurut militer adalah istri komandan Abu Sayyaf Ben Yadah.

Ben Yadah, yang dikenal dengan nama perang Ben Tatoo, adalah salah satu tersangka utama dalam pemenggalan dua turis Kanada tahun 2016 di Sulu, yang disandera oleh pria bersenjata Abu Sayyaf untuk uang tebusan.

Ben Yadah masih buron dan telah dikaitkan dengan penculikan baru-baru ini di Sulu.

Diduga pelaku bom bunuh diri berasal dari keluarga ekstremis

Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengatakan, Rezky terlibat dalam plot yang terjadi "dalam waktu yang sangat dekat" untuk melakukan serangan bunuh diri di Jolo, sebelum penangkapannya.

Orangtuanya adalah pasangan militan.

Pihak berwenang Filipina mengatakan mereka telah melancarkan serangan bunuh diri yang menewaskan lebih dari 20 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya selama Misa Minggu di katedral Jolo di provinsi Sulu yang berpenduduk mayoritas Muslim.

Pasangannya, Andi Baso, dituding bertanggung jawab atas ledakan tahun 2016 yang menewaskan seorang anak dan melukai tiga lainnya di sebuah gereja di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

Jenderal Sobejana mengatakan, Andi Baso tewas dalam baku tembak dengan pasukan di Sulu pada Agustus dan tes DNA sedang dilakukan untuk memastikan apakah tubuh yang ditemukan oleh pasukan adalah Andi Baso.

Penumpasan terus berlanjut tetapi Abu Sayyaf tetap menjadi ancaman keamanan nasional

Pasukan Filipina telah meningkatkan perburuan calon pelaku pengeboman di wilayah selatan yang bergolak.

Pada bulan Agustus, serangan bunuh diri yang hampir bersamaan oleh dua orang pengebom perempuan telah menewaskan 15 orang dan melukai 75 lainnya di kota Jolo, yang merupakan serangan ekstremis terburuk di negara itu tahun ini.

Dua perempuan yang melakukan serangan bunuh diri 24 Agustus di Jolo adalah istri Abu Sayyaf, yang mencerminkan bagaimana ekstremisme telah melibatkan keluarga dalam beberapa kasus.

"Ini telah menjadi urusan keluarga bagi beberapa orang yang membiarkan diri mereka diindoktrinasi secara salah," kata Jenderal Sobejana.

Setidaknya delapan orang asing lainnya di Sulu dan provinsi selatan Maguindanao sedang diburu oleh pasukan Pemerintah, termasuk dari Indonesia dan Mesir, kata Jenderal Sobejana.

Amerika Serikat dan Filipina secara terpisah telah memasukkan Abu Sayyaf ke dalam daftar hitam organisasi teroris yang melakukan pengeboman, penculikan untuk tebusan, dan pemenggalan.

Kelompok ini telah dilemahkan oleh kemunduran pertempuran, dan beberapa orang telah menyerahkan diri, tetapi tetap menjadi ancaman keamanan nasional bersama dengan sejumlah kelompok bersenjata kecil yang terkait dengan kelompok Negara Islam.

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News