Logo ABC

Syarat Baru Partner Visa ke Australia, Apa Dampaknya Bagi WNI?

Sejumlah pihak merasa syarat baru untuk menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris tidak bisa jadi tolak ukur hubungan.
Sejumlah pihak merasa syarat baru untuk menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris tidak bisa jadi tolak ukur hubungan.
Sumber :
  • abc

Indah Melindasari, agen migrasi terakreditasi di Perth mengaku sibuk sejak Rabu pagi (7/10), setelah mendengar adanya persyaratan baru untuk "partner visa" Australia.

Partner Visa: 
- Pemerintah Australia memperkenalkan syarat baru bagi mereka yang mengajukan "partner visa"
- Mulai pertengahan 2021, mereka harus menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris
- Warga Australia dengan pasangan di luar negeri khawatir dengan perubahan ini

Dalam pengumuman anggaran federal pada Selasa malam (6/10), Pemerintah Australia menyebutkan ada persyaratan bahasa Inggris yang harus dipenuhi bagi mereka yang mengajukan "partner visa".

Indah mengaku ia langsung menelepon sejumlah klien-nya yang hendak mengajukan "partner visa" setelah mendengar pengumuman tersebut.

"Ini akan sangat berdampak besar sekali untuk klien-klien kita, termasuk dari Indonesia," ujar Indah kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

Indah Melindasari Indah Melindasari mengatakan syarat kemampuan berbahasa Inggris sebenarnya menguntungkan bagi mereka yang daftar 'partner visa'. (Koleksi pribadi)

Belum diketahui pasti apakah untuk menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris tersebut akan menggunakan tes, seperti salah satunya IELTS, yang biasanya diambil oleh pelajar internasional dan pelamar jenis visa lainnya ke Australia.

"Beberapa klien saya ada yang berasal dari kota kecil, bahkan tidak lulus SMP, sehingga akan sulit bagi mereka untuk bisa mencapai skor tertentu," ujar Indah dari ONE derland Consulting.

Bukan tolok ukur hubungan Dessy Widjaja Dessy mengatakan rencana munculnya aturan tes Inggris mungkin adalah niat baik Pemerintah Australia, namun tidak seharusnya mempersulit proses pengajuan visa pasangan. (Koleksi pribadi)

Rencana penambahan syarat kemampuan berbahasa Inggris, yang belum pernah ada sebelumnya, juga menimbulkan kegelisahan bagi Dessy Widjaja.

"Agak berat ya kalau menurut saya, karena dalam situasi pandemi begini, banyak yang harus dipersiapkan, biaya juga tidak murah," kata Dessy kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

Dessy yang tinggal di Jakarta seharusnya menikah bulan Juni lalu, namun karena pandemi COVID-19, ia terpaksa menunda pernikahannya di Australia hingga Desember mendatang.

Sejumlah pihak di Australia menilai tambahan persyaratan untuk menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris sebagai bentuk diskriminasi dan rasisme.

"Menurut saya tidak [diskriminatif] sih, kalau misalnya murni pemerintah mau membantu supaya tidak ada kesenjangan bahasa," tutur Dessy yang berprofesi sebagai dokter estetika.

"Tapi jangan sampai gara-gara [aturan] itu, [proses pengajuan visa] dipersulit," ujarnya.

Meski menurut Dessy kemampuan berbahasa Inggris adalah penting untuk berkomunikasi di Australia, tapi tidak bisa dijadikan tolok ukur sebuah hubungan.

"Misalnya kita sampai tidak keterima partner visa, menurut saya enggak banget ya, karena bahasa Inggris tidak mencerminkan hubungan seseorang."

Upaya untuk membuat pendatang berbaur People in seats in a hall, balloons. Ada harapan agar migran di Australia tidak hanya berkumpul dengan sesama migran dari negaranya tetapi lebih berbaur dengan warga lokal Australia. (Facebook: Perwira)

Pejabat pelaksana Menteri Imigrasi Australia, Alan Tudge menjelaskan sejumlah rincian dari persyaratan bahasa Inggris bagi mereka yang mengajukan "partner visa".

Alan mengatakan persyaratan baru ini akan mulai berlaku pertengahan tahun 2021.

"Kami akan meminta pelamar dan sponsor untuk memenuhi kemampuan bahasa Inggris tingkat fungsional atau setidaknya melakukan upaya untuk belajar bahasa Inggris," jelasnya.

Alan menjelaskan salah satu upaya yang ia maksud adalah dengan melakukan sekitar 500 jam kelas bahasa Inggris gratis.

Sebelumnya Pemerintah Australia menyebutkan jika persyaratan ini sebagai upaya untuk menciptakan "kohesi sosial" atau pembauran sosial.

Dari pengamatannya sebagai agen migrasi, Indah mengatakan kebanyakan migran merasa lebih nyaman untuk bersosialisi dengan sesamanya, salah satu alasannya karena kendala bahasa.

"Memiliki kemampuan Bahasa Inggris bisa menjadi hal yang benar dan bermanfaat, bukan hanya untuk bersosialisasi, tapi juga membuka lebar kesempatan, seperti mencari kerja."

"Saya rasa pemerintah Australia juga menginginkan lebih banyak pendatang bekerja di bidang-bidang yang lebih profesional."

Tak hanya itu, menurutnya akan menjadi sebuah kesulitan bagi orang yang tidak terlalu bisa Bahasa Inggris untuk berkomunikasi atau mengatasi sejumlah masalah yang mungkin akan dihadapinya.

Pejabat pelaksana Menteri Imigrasi Australia juga mengatakan salah satu alasan menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris adalah agar pendatang yang mengalami kekerasan rumah tangga atau eksploitasi lainnya bisa mengkomunikasikannya dengan baik saat mencari pertolongan.