Logo ABC

Australia Umumkan APBN Baru, Apa Efeknya Bagi Diaspora Indonesia?

Data statistik Australia menunjukkan ada 85.700 warga Indonesia yang tinggal di Australia pada Juni 2018.
Data statistik Australia menunjukkan ada 85.700 warga Indonesia yang tinggal di Australia pada Juni 2018.
Sumber :
  • abc

Pemerintah Federal Australia mengumumkan anggaran belanja dan pendapatan negara (APBN) tahun 2020/21, Selasa malam (6/10/2020), dengan beberapa sektor yang mendapatkan kucuran dana.

APBN Perubahan terbesar: 
- APBN 2020 adalah pengurangan pajak bagi hampir 11 juta warga di Australia
- Perusahaan yang mempekerjakan warga berusia 16-30 tahun akan diberikan dana $200 per pekan
- Angka migrasi ke Australia akan diturunkan dari 154 ribu orang ke 72 ribu di anggaran 2020/2021

Pengumuman tersebut mendapat perhatian banyak warga Indonesia yang tinggal di Australia karena berkaitan dengan uang pajak yang mereka bayar setiap tahunnya.

Seperti yang diakui Pudak Nayati, warga asal Yogyakarta yang sudah tinggal di Melbourne sejak 2006.

"Kita juga ingin tahu apa saja yang kita dapatkan setelah membayar uang pajak itu," ujarnya kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia.

Pudak Nayati Pudak mengatakan Pemerintah Australia terlihat fokus dengan kesehatan mental dengan ditingkatkannya anggaran untuk konsultasi. (Koleksi pribadi)

Untuk tahun ini Pudak mengaku jika sektor perempuan dan kesehatan mental menjadi perhatiannya, sesuai dengan bidang yang sedang ia kerjakan belakangan ini.

Pudak adalah seorang "chaplain" yang terakreditasi dan juga relawan untuk Muslim Women"s Association di Victoria, serta iMercy, sebuah lembaga untuk konseling individu dan keluarga.

Menurutnya anggaran federal Australia belum terlalu fokus pada perempuan, karena menurutnya kurang terlihat apa yang ditawarkan pemerintah untuk membantu perempuan mencari pekerjaan atau menghadapi kekerasan seksual.

Tapi Pudak menyambut tambahan anggaran untuk pelayanan kesehatan mental, setelah di awal tahun Australia mengalami kebakaran hutan dan kini sedang menghadapi pandemi COVID-19.

"Karena yang tadinya Medicare [asuransi kesehatan] mencakup 10 kali sesi konsultasi kesehatan mental, sekarang menjadi 20, sangat bermanfaat bagi kita di Australia," ujar Pudak.

Pengurangan pajak pendapatan

Will Tj, warga asal Bogor yang pindah ke Australia di tahun 2013 dari Selandia Baru adalah seorang manajer bisnis di sebuah bank di Melbourne.

Dia mengatakan mengikuti berita mengenai anggaran yang diumumkan oleh Pemerintah Australia hari Selasa malam.

"Saya baru baca tadi pagi mengenai pengurangan pajak," kata Will, yang sebelumnya berpikir pajak malah akan dinaikkan untuk menutupi defisit anggaran.

"Saya kira tambahan berapa pun dari pengurangan pajak yang akan masuk ke kantong kita akan bagus," kata Will.

Pemerintah Australia sebelumnya mengatakan pengurangan pajak pendapatan bertujuan untuk meningkatkan konsumsi.

"Dari pengurangan pajak itu sekitar $1.000 setahun, berarti $12 per minggu setelah pajak," jelas Will kepada Sastra Wijaya dari ABC Indonesia.

"Mungkin tidak berasa banyak dan kayaknya tidak akan mengubah pola konsumsi yang diharapkan pemerintah."

"Dengan pandemi sekarang ini, menurut saya, orang-orang terlalu takut untuk menghabiskan uangnya," ujarnya.

Lansia asal Indonesia menyambut baik Syah dan John Syahisti (kiri) dan suaminya, John Goldrich mengatakan bantuan dana Pemerintah Australia tahun ini semakin mendukung keputusan mereka untuk tinggal di rumah sendiri. (Supplied: Syahisiti Abdurrachman)

Di dalam APBN terbarunya Pemerintah Australia menyebutkan akan menambahkan 23.000 "home care packages", yaitu paket layanan terjangkau bagi lansia yang tinggal di rumah.

Syahisti Abdurrachman dan suaminya di Melbourne menyambut baik berita ini, karena mereka mengaku belum siap untuk tinggal di rumah perawatan lansia.

"Kalau pemerintah membuat itu [paket pelayanan rumah] senang sekali saya," kata Syahisti kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

Menurut perempuan berusia 87 tahun tersebut, bantuan ini mendukung pilihan mereka untuk tinggal di "lingkungan yang akrab", yaitu rumah sendiri.

"Bantuan membersihkan rumah atau belanja sudah mengurangi kegiatan yang termasuk berat sebagai seorang senior citizen [lansia]."

Selain paket pelayanan rumah, Pemerintah Australia juga menyediakan dana bagi perawat pensiunan dan penyandang disabilitas.

Mereka akan menerima dua kali pembayaran tunai sebesar AU$250 (Rp2,6 juta) dua kali dalam setahun.

Children learning and playing at the Autism Specific Learning and Childcare Centre. Dari situs departemen pendidikan Australia diketahui biaya penitipan anak-anak rata-rata di atas Rp100 ribu per jam. (ABC News: Emily Bryan)

Tidak ada tambahan untuk penitipan anak

Primatia Romana, salah satu warga Indonesia yang tinggal di kota Melbourne membawa anaknya ke tempat penitipan anak atau "childcare" selama empat hari seminggu.

Anggaran Pemerintah Federal yang diumumkan semalam menyebutkan tidak ada dana tambahan untuk "childcare" atau tempat penitipan anak.

"No extra childcare support setahuku ya, artinya membayar seperti sebelumnya, which is fair enough," tutur Prima.

Layanan penitipan anak di Australia ditujukan untuk orangtua yang bekerja, yang berarti pula mampu membayar biayanya yang cukup mahal.

"Permasalahannya memang terasa kalau kedua orangtuanya enggak bekerja atau hanya salah satu yang bekerja," ujarnya kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.

Prima dan suaminya bekerja "full time" sehingga mereka merasa "lebih sangat bersyukur" dengan rencana dibukanya kembali tempat penitipan anak, setelah Melbourne melonggarkan "lockdown".

"Perkara enggak gratis ya wajar, karena yang ngirim anak ke "childcare" itu kan yang kerja … Financial support [dukungan finansial] lebih baik disalurkan untuk yang enggak bisa kerja."

Lebih mendukung ekonomi lokal diski.jpg Keluarga Diski Naim yang sudah bermukim di Australia sejak tahun 2007 menyambut baik berbagai program bantuan dalam APBN yang diumumkan Pemerintah Australia, Selasa (6/10/2020). (Istimewa)

Berbagai program bantuan yang diberikan Pemerintah Australia yang disebutkan dalam anggaran disambut keluarga Diski Naim, yang sudah bermukim di Australia sejak tahun 2007.

Menurutnya program-program bantuan juga "sangat bagus" karena membuka peluang kerja dan memberikan kemudahan bagi tenaga kerja di kalangan generasi muda.

"Hanya saja, kita-kita yang mendapatkan kemudahan itu harus spending [keluar uang] lebih banyak untuk komunitas lokal dan retail biar membantu jalannya perekonomian," kata Diski kepada Farid M. Ibrahim dari ABC Indonesia.

Karenanya untuk pengurangan pajak pendapatan yang akan dikembalikan, Diski dan keluarganya berencana untuk belibur di sekitar kawasan pedalaman negara bagian Victoria dan membeli barang-barang buatan lokal.

"Selain itu kami juga akan memperbaiki rumah dengan melibatkan tenaga lokal," kata Diski yang kini bekerja sebagai konsultan informasi dan teknologi.

Diski mengaku jika selama pandemi COVID-19 keluarganya telah memprioritaskan membeli makanan dan kebutuhan pokok dari pengusaha yang ada di sekitar rumah mereka di pinggiran kota Melbourne.