Positif COVID-19, Donald Trump Malah Keluar RS untuk Sapa Pendukungnya
- Stripes.com
VIVA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuai kritik dari komunitas medis setelah meninggalkan rumah sakit militer tempat dia dirawat karena COVID-19 untuk menyapa para pendukungnya yang berkumpul di luar.
Dalam sebuah video, Trump yang menggunakan masker terlihat melambaikan tangan dari kursi belakang sebuah mobil hitam. Banyak orang bersorak mengibarkan bendera AS dan membawa spanduk pro-Trump di luar Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland.
Sesaat sebelum keluar menyapa para pendukungnya, dalam cuitannya di Twitter, Trump mengatakan akan memberikan sedikit kejutan kepada beberapa patriot hebat di jalan. Dalam video itu, dia juga mengaku telah belajar banyak tentang COVID-19.
"Ini adalah 'sekolah' yang sebenarnya. Ini bukan 'ayo baca buku-buku sekolah' dan saya mengerti, saya memahaminya, dan itu hal yang sangat menarik," kata Trump seperti dilansir Channel News Asia, Senin, 5 Oktober 2020.
Pasien yang positif terpapar COVID-19 umumnya harus dikarantina selama 14 hari, untuk menghindari penularan ke orang lain. Trump dinyatakan positif terinfeksi corona sejak Jumat pekan lalu.
Juru Bicara Gedung Putih, Judd Deere, menyebut yang dilakukan Trump adalah iring-iringan singkat beberapa menit untuk menyapa para pendukungnya. Dia juga mengatakan Presiden Trump dengan cepat kembali ke kamar rumah sakit.
"Tindakan pencegahan yang tepat telah diambil sebelumnya untuk melindungi presiden dan mereka yang mendukungnya. Kegiatan itu diizinkan oleh tim medis karena aman dilakukan," ungkap Deere.
Kritikan datang dari seorang dokter di Walter Reed. Para ahli mengeluh kegiatan itu melanggar pedoman kesehatan publik pemerintahnya sendiri, yang mengharuskan pasien untuk diisolasi saat mereka dalam perawatan dan masih menularkan virus.
"Setiap orang di dalam kendaraan bersama presiden dalam kegiatan yang sama sekali tidak perlu itu, harus dikarantina selama 14 hari. Mereka mungkin sakit, mungkin mati. Untuk teater politik. Diperintahkan oleh Trump untuk mempertaruhkan nyawa mereka. Ini adalah kegilaan," kata James Phillips, dari Universitas George Washington. (ase)