Terungkap Keterlibatan Jerman di Pembantaian Massal Pasca G30S-PKI
- dw
Wakil Menteri Luar Negeri Jerman tahun 1965, Karl Carstens, disebut-sebut sebagai salah satu pejabat tinggi yang mendukung bantuan BND untuk Indonesia dan hubungan Jerman dengan para jenderal Angkatan Darat. Karl Carstens di kemudian hari menjadi Presiden Jerman periode 1979-1984.
Pada 25 November 1965, Karl Carstens menerima kunjungan Brigjen Ahmad Sukendro, salah satu tokoh penting kepercayaan Jendral A.H. Nasution, yang memainkan peran kunci dalam penggulingan Soekarno dan pembantaian anti komunis, walaupun kemudian dia juga dipenjarakan oleh Suharto akhir 1970-an. Menjelang kedatangan Sukendro ke Bonn, yang saat itu menjadi ibu kota Jerman Barat, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta mengirim kabar ke Bonn tentang rencana kunjungan itu, dan menyebut Sukendro sebagai "salah satu jendral anti komunis yang paling mampu dan paling energik". Dubes Jerman di Jakarta menulis, Sukendro sendiri mengatakan kepadanya bahwa "sudah sejak beberapa bulan" Angkatan Darat hanya menunggu alasan "untuk menumpas PKI".
Di Jerman, Brigjen Ahmed Sukendro kemudian bertemu dengan Menlu Jermas Gerhard Schroder untuk membahas bantuan ekonomi, suatu pertemuan langka di panggung diplomasi, di mana seorang perwira militer diterima langsung oleh seorang Menteri Luar Negeri.
Bahwa pemerintah Jerman saat itu sudah mengetahui adanya aksi pembantaian massal di pulau Jawa, bisa dibaca dalam laporan Fohrenwald tertanggal 3 November 1965. "Di Jawa Tengah dan Jawa Timur terjadi pembantaian massal para komunis, terutama dilaksanakan oleh muslim fanatik. Pimpinan militer kelihatannya membiarkan aksi-aksi anarkis ini secara sadar… Aksi-aksi anti komunis tentu saja disiapkan secara matang oleh pimpinan militer..," tulis dokumen itu.
Pada 14 Desember 1965, Kedutaan Besar Jerman Barat di Jakarta menulis, korban tewas dalam aksi anti komunis "sedikitnya 128.000 orang" dan "ratusan ribu orang lain ditahan." Pada saat yang sama, para diplomat Jerman di Jakarta tengah berunding dengan Angkatan Darat tentang bantuan ekonomi untuk Indonesia, yang melandasi hubungan baik Jerman dengan rezim Suharto sampai bertahun-tahun kemudian. Pada kunjungan Soeharto ke Jerman Barat tahun 1995, Kanselir saat itu Helmut Kohl menyambutnya sebagai "sahabat".
Mantan Direktur BND Reinhard Gehlen, yang memimpin badan intelijen itu dari 1956 sampai 1968, dalam sebuah wawancara televisi tahun 1996 menanggapi kudeta politik di Indonesia tahun 1965/66 dengan komentar: "Keberhasilan Angkatan Darat Indonesia,.. yang melaksanakan penumpasan seluruh Partai Komunis dengan segala konsekuensi dan kekerasan, menurut keyakinan saya punya peran yang tidak terkatakan pentingnya."
(hp/pkp)