Thailand Diguncang Aksi Prodemokrasi, Mahasiswi ini Menantang Monarki
- bbc
Manifesto diperlihatkan pada Panusaya hanya beberapa jam sebelum ia membacakannya di unjuk rasa besar-besaran yang jarang terjadi di ibu kota, Bangkok. Aksi protes itu menuntut monarki bertanggung jawab kepada institusi-institusi yang dipilih rakyat, proposal untuk memangkas anggaran kerajaan, dan agar monarki tidak campur tangan dalam urusan politik — pernyataan yang mengejutkan bagi kebanyakan orang Thailand.
"Mereka memberikannya kepada saya, bertanya apakah saya ingin menggunakannya. Pada saat itu, semua orang merasa isinya sangat kuat dan saya juga berpikir itu sangat kuat. Saya memutuskan untuk menjadi orang yang mengatakannya.
"Saya bergandengan tangan dengan kawan-kawan mahasiswa saya, menanyakan dengan lantang apakah kami melakukan hal yang benar di sini," kata Panusaya.
"Jawabannya adalah ya — ini hal yang benar untuk dilakukan. Saya kemudian duduk lagi, merokok sebelum saya naik ke panggung, dan mengeluarkan semua yang ada di kepala saya."
Dari atas panggung, ia berkata di hadapan orang banyak, "Semua manusia berdarah merah. Kita tidak berbeda.
"Tidak seorang pun di dunia ini yang lahir dengan darah biru. Beberapa orang mungkin terlahir lebih beruntung dari yang lain, tetapi tidak ada yang terlahir lebih mulia dari orang lain."
Pidato Panusaya telah menimbulkan kehebohan — kombinasi tepuk tangan dari akademisi liberal dan kecaman dari media royalis yang bercampur dengan ketidakpercayaan dari banyak orang Thailand.
`Membenci negaramu sendiri adalah penyakit`
Pada hari-hari setelah unjuk rasa, halaman Facebook dari para aktivis top royalis dipenuhi dengan serangan terhadap Panusaya, beberapa menuduhnya dimanipulasi oleh politisi republik, tuduhan yang ia bantah.