Pandemi Corona Jadi Tantangan Legitimasi Keilahian Pemimpin Iran
- dw
Kekecewaan menyelimuti warga Syiah di Iran. Mereka tidak diizinkan untuk ambil bagian dalam prosesi festival peringatan Syiah, Arbain di Irak yang jatuh pada tanggal 7 Oktober tahun ini. Larangan itu telah diumumkan Presiden Iran Hassan Rouhani pada awal September lalu.
Perayaan Arbain yang dimaksud adalah hari yang menandai akhir dari empat puluh hari berkabung untuk Husain bin Ali bin Abi Thalib as, imam Syiah ke-3 yang merupakan cucu Nabi Mohammad. Dalam peringatan tersebut, jutaan peziarah Iran biasanya melakukan prosesi perjalanan dari Najaf ke Karbala. Disebutkan dalam sejarah, Husain bin Ali bin Abi Thalib as, terbunuh dalam pertempuran pada tahun 680. Sejak saat itu, tempat ini menjadi salah satu situs suci Syiah.
Khamenei menempatkan dirinya di belakang para ahli kesehatan
Pihak berwenang Iran telah memperingatkan umat Syiah untuk berhati-hati pada tahun ini. Hari Asyura, peringatan kematian Hussein, yang jatuh pada tanggal 28-29 Agustus diizinkan, tetapi umat harus tunduk pada kondisi keamanan yang ditentukan.
Semua upacara keagamaan dan pertemuan harus mengikuti rekomendasi yang dikemukakan oleh para petugas kesehatan profesional.
Pemimpin spiritual negara itu, Ali Khamenei, mengatakan, “Apa yang diumumkan Satgas Nasional Penanggulangan Corona harus diikuti pada saat masa berkabung,” ujarnya di awal bulan Muharram.
"Saya menyarankan semua umat untuk mengikuti pedoman negara. Jika tidak, akan ada bencana besar," demikian Khamenei memperingatkan. Media pemerintah memperlihatkan dia duduk sendirian di sebuah aula besar dan wajahnya mengenakan masker sambil mendengarkan khotbah.