Demam Babi Afrika Menyeruak, Berbahayakah bagi Manusia?
- dw
Demam babi Afrika pertama kalinya masuk ke Eropa tahun 2007 lewat kawasan Kaukasus, dari sana kemudian menyebar ke Rusia lalu ke kawasan Baltik, Polandia dan negara-negara Eropa timur lainnya. Bulan Septembar 2018 penyakit demam babi ditemukan di Belgia. Tahun 2020 Jerman mengkonfirmasi menemukan bangkai seekor babi hutan yang mati akibat ASF.
Bagaimana cara penyebaran Virus?
Di Afrika virus menular lewat sejenis kutu. Di Eropa penyebarannya terutama lewat impor babi yang terinfeksi atau produk olahan daging babi seperti sosis babi, atau akibat tidak menerapkan aturan higiene. Babi hutan sebetulnya hanya memainkan peranan sangat kecil dalam penyebaran virusnya.
Faktor risiko terbesar dalam penyebaran wabah ASF adalah manusia. Banyak yang membuang sisa daging secara sembarangan. Sementara di peternakan atau pertanian, masih banyak yang tidak mengindahkan aturan higiene. Padahal aturan ini dibuat untuk melindungi ternak dari penyakit dan juga peternaknya dari kerugian ekonomi
Apakah sudah ada vaksinnya?
Sejauh ini di kawasan Uni Eropa belum ada vaksin anti ASF. Di seluruh dunia, dilakukan risetnya dalam beragam cara. Cina tergolong negara yang paling depan dalam riset vaksin anti demam babi ini, karena wabahnya pada tahun 2018 di Cina menimbulken kerugian ekonomi besar. Itu sebabnya, Cina menjadi negara pertama yang melarang impor daging babi dari Jerman, sebagai tindakan preventif.
Para peneliti Cina mengumumkan bulan Maret 2010, berhasil mengembangkan vaksin yang aman, yang mampu melindungi babi dari ASP. Ujicoba lapangan pertama dilaporkan sukses. Ujicoba kini akan dilaklukan dalam skala lebih luas.