Demam Babi Afrika Menyeruak, Berbahayakah bagi Manusia?
- dw
African swine fever atau demam babi Afrika ASF, normalnya tidak berbahaya bagi manusia. Tapi untuk babi ternak, penyakit akibat virus ini berdampak mematikan. Inilah yang memicu kekhawatiran di kalangan peternak babi Jerman, setelah kementerian pertanian federal mengumumkan pada 10 September, menemukan bangkai seekor babi hutan yang lewat tes terbukti positif terinfeksi ASF di negara bagian Brandenburg di kawasan dekat perbatasan ke Polandia.
Temuan ini tidak mengejutkan kalangan peternak maupun pejabat kementerian pertanian. Pasalnya sejak bulan November 2019 untuk pertama kalinya terdeteksi infeksi ASF pada seekor babi buta di kawasan barat Polandia. Karena itu negara-negara tetangga Polandia, termasuk Jerman, sudah siaga menghadapi penyebaran penyakit demam babi Afrika itu melintas perbatasan dibawa babi hutan.
Apa sebetulnya penyakit ASF?
Penyakit demam babi Afrika atau ASF dipicu oleh virus yang menyerang babi hutan atau babi peliharaan di peternakan. Binatang yang terinfeksi mengalami demam tinggi dan pendarahan di organ bagian dalam tubuhnya. Sekitar 90?bi hutan yang terinfeksi ASF mati dalam jangka waktu seminggu.
Penyakitnya menular lewat kontak dengan cairan tubuh atau darah babi hutan atau babi ternak yang terinfeksi. Virus masih tetap aktif dalam bangkai hewan yang mati akibat penyakitnya, bahkan sampai beberapa bulan atau tahun. Tapi penyakit ini biasanya tidak menular pada manusia.
Dari mana asal penyakit?
Seperti tersirat dari namanya, penyakit swine fever atau demam babi ini asalnya dari Afrika. Diagnosa pertama berasal dari tahun 1910 saat Inggris menjajah Kenya. Bersama dengan kolonialisme juga para penjajah membawa ternak babi Eropa ke Afrika Timur. Petenakan besar jadi persemaian ideal bagi virus ASF. Dan petenak babi di Afrika berulang kali dilanda wabah ini pada abad yang lalu.