Daftar Negara Teraman dari Pandemi COVID-19: Indonesia di Peringkat 79
- abc
Daftar peringkat terbaru menunjukkan negara yang saat ini paling aman dari pandemi COVID-19 adalah Jerman, sementara Indonesia berada di posisi ke-79.
Peringkat ini dirilis oleh lembaga riset pengetahuan dan teknologi global Deep Knowledge Group, disusun berdasarkan data pakar medis dan ahli statistik dengan menggunakan 140 parameter. Ada 250 negara yang diamati cara mereka menangani pandemi virus corona.
Masing-masing negara diberikan skor untuk menentukan peringkat dan hasilnya Jerman berada di peringkat pertama negara yang paling aman dari pandemi COVID-19 dengan skor akhir 762,24.
Sementara Australia berada di peringkat keenam , Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk dalam peringkat 10 besar.
Singapura saat ini menjadi negara paling aman dalam menangani pandemi virus corona di kawasan Asia Tenggara. (AP: Edgar Su)
Skor yang diberikan tidak hanya melihat seberapa banyak penularan dan kematian yang terjadi.
Namun lembaga yang pertama kali mengeluarkan peringkat di bulan Juni lalu juga menilai sejumlah faktor, seperti kesiapan layanan kesehatan, tanggapan dari pemerintah, kesiapan menghadapai gawat darurat, termasuk aspek ekonomi.
10 Peringkat negara teraman dari pandemi COVID-19
Peringkat Negara Skor 1. Jerman 762,64 2. Selandia Baru 757,7 3. Korea Selatan 750,79 4. Swiss 750,02 5. Jepang 749,03 6. Australia 744,83 7. China 744,78 8. Austria 725,81 9. Uni Emirat Arab 723,36 10. Singapura 722,72 Peringkat Indonesia termasuk rendah di Asia Tenggara Warga melintas di depan mural Lawan Corona di Jalan Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur. (Supplied: ANTARA FOTO/Moch Asim)
Sementara itu Indonesia berada di peringkat ke 79 dengan skor 478.46, dengan kategori pengawasan dan deteksi, persiapan layanan kesehatan, dan kesiapan menghadapi gawat darurat yang bahkan jauh tertinggal dari negara Rwanda dan Mexico.
Di kawasan Asia Tenggara, Filipina masih dianggap tidak aman dibandingkan Indonesia, yakni di posisi 101 dan Laos yang berada di peringkat 143, Myanmar di peringkat 146, dan Kamboja di posisi ke 165.
Sudah enam bulan sejak kasus pertama virus corona diumumkan di Indonesia dan data dari John Jopkins University di Amerika Serikat hingga Senin siang (7/09) menunjukkan lebih dari 190 orang di Indonesia tertular virus corona dan lebih dari 8.000 orang meninggal dunia saat pandemi COVID-19.
Baca juga: Sejumlah alasan tingginya kematian tenaga kesehatan Indonesia saat pandemi virus corona
Para pakar dan praktisi kesehatan di Indonesia telah meminta agar Pemerintah Indonesia lebih memfokuskan pada peningkatan kapasitas tes, pelacakan, serta pengelolaan isolasi yang baik.
Pemerintah juga telah diminta untuk mengeluarkan kebijakan yang tegas untuk membatasi pergerakan warga, bukannya kebijakan yang malah "kontradiktif" dengan upaya pemutusan rantai penularan virus corona, seperti yang dijelaskan Dr Windhu Purnomo, epidemiolog dari Universitas Airlangga.
"Paling tidak kalau nggak mampu lockdown ya sudah, sekarang tetap tracing, testing dan isolating harus selalu dilakukan dan masif. Ini strategi utama yang tidak bisa ditinggalkan, plus pendisiplinan warga," ujar Windhu kepada ABC Indonesia.
Baca juga: Antara kebijakan dan kenyataan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia Menurut epidemiolog, tidak ada kebijakan yang mendukung pembatasan pergerakan, seperti misalnya bantuan untuk mereka yang harus bekerja dari rumah. (Ajeng Dinar Ulfiana, Reuters/File Photo)
Sementara masyarakat diminta untuk terus menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan tidak melakukan aktivitas secara berkelompok.
Sejumlah pakar juga sempat membuat pemodelan untuk melihat kapan pandemi COVID-19 mencapai puncaknya.
Ilmuwan dari ITB, Nuning Nuraini, yang terlibat dalam baik pemodelan awal dan pemodelan mengatakan permodelan yang ada sekarang telah dilakukan dengan melihat tren angka penularan yang belakangan naik.
"Kami menghitung memakai data beberapa hari terakhir dengan angka kasus 2.000 sampai 3.000, berdasarkan itu diperkirakan puncaknya baru akan terjadi akhir tahun ini," kata Nuning.
Baca juga: Kapan vaksin di Indonesia tersedia dan apakah kita bisa bebas dari pandemi? Dari hasil penilaian diketahui India menjadi ancaman dengan skala besar pandemi virus corona saat ini dengan angka penularan terbanyak kedua setelah Amerika Serikat. (AP: Rajanish Kakade)
Asia menjadi kekhawatiran saat ini
Berdasarkan analisa lembaga Deep Knowledge Group pandemi virus corona kita terus menular di negara-negara berkembang dengan kawasan Asia diperkirakan akan banyak mengalami gelombang kedua.
Kasus penularan virus corona secara rata-rata di dunia telah meningkat hampir empat kali lipat, sementara di Asia saat ini peningkatannya telah mencapai hampir tujuh kali lipat, lebih buruk dari negara-negara di kawasan Amerika Selatan.
India menjadi salah satu penyebabnya, seperti yang dijelaskan laporan tersebut, karena jumlah populasi yang terlalu pada dan kurang memadainya infrastuktur kesehatan.
Jika India disebut sebagai "ancaman berskala besar", maka Jepang saat ini menjadi penularan terbanyak yang telah meningkat 28 kali lipat dari 1 Juni hingga 16 Agustus lalu.
Sementara di kawasan Timur Tengah, mencakup Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Qatar, dan bahkan Mesir, tingkat penularannya sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat penularan rata-rata global.
Negara-negara yang berada di peringkat terendah kebanyakan berada di Afrika, yakni Kawasan Barat Sahara di peringkat 250, Kawasan Somaliland, Mali, dan Sudah Selatan yang berada di atasnya.
Semua data yang digunakan dalam laporan ini dikumpulkan dari negara-negara hingga 23 Agustus lalu.
Artikel ini diproduksi oleh Erwin Renaldi