Karikatur Charlie Hebdo dan Provokasi yang Menyakitkan
- republika
Pemimpin redaksi surat kabar tersebut akhirnya mengeluarkan permintaan maaf yang panjang karena menerbitkan kartun tersebut, yang menurutnya telah menyebabkan kesalahpahaman serius.
Namun, di Prancis, upaya untuk menuntut Charlie Hebdo karena perkataan yang mendorong kebencian dikalahkan di pengadilan. Pada 2011 dan 2012, majalah tersebut kembali menerbitkan ilustrasi yang menyinggung umat Islam, dan memicu kritik dan serangan balik yang mencakup serangan bom di kantornya.
Dalam insiden serangan di kantor Charlie Hebdo pada 2015, berdasarkan laporan media saat itu mengatakan banyak saksi mendengar pelaku yang bersenjata berteriak dalam bahasa Arab : “Kami telah membalas dendam Nabi” dan “Tuhan Mahabesar”. Alqaidah di Semenanjung Arab (AQAP) mengaku menjadi kelompok yang berada di balik serangan itu.
Persidangan saat ini digelar terhadap 14 orang yang diduga memberi senate dan dukungan logistik kepada orang-orang bersenjata saat serangan di kantor Charlie Hebdo. Sidang telah ditunda karena pandemi Covid-19, yang pada awalnya dijadwalkan pada Maret.
Menurut media Prancis RFI, semua yang selamat dari serangan itu kemungkinan besar akan bersaksi di ruang sidang di Paris selama beberapa bulan mendatang. Diperkirakan ada sekitar 200 penggugat dalam persidangan tersebut, BBC melaporkan.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gérard Darmanin menyebut pengadilan itu sebagai hal bersejarah, dan mengatakan bahwa perang melawan terorisme Islamis adalah prioritas utama pemerintah.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa tidak memiliki kapasitas untuk memberikan penilaian atas keputusan Charlie Hebdo untuk menerbitkan ulang kartun tersebut.
Berbicara selama kunjungan ke Lebanon, Macron mengatakan bahwa penting bagi warga Prancis untuk saling menghormati satu sama lain, dan untuk menghindari dialog kebencian. Namun, dia tidak akan mengkritik keputusan Charlie Hebdo saat ini yang disebut sebagai bentuk kebebasan berekspresi.
Dilansir The Independent, Imam Qari Asim, seorang penasihat Islamofobia untuk Pemerintah Inggris menanggapi langkah Charlie Hebdo adalah sesuatu yang dengan sengaja menyinggung perasaan umat Islam di seluruh dunia.