Mengapa Pembakaran Alquran Picu Kerusuhan Hebat di Swedia?
- republika
Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Brookings pada bulan Maret, Swedia secara historis menjadi tempat berlindung yang aman bagi para pengungsi. Dan memang setelah Kanada dan Australia, Swedia telah menampung pengungsi per kapita terbanyak.
Tercatat, antara tahun 2013 dan 2014, Swedia memberikan izin tinggal permanen kepada semua warga Suriah di Swedia yang mencari suaka dan sejak awal perang Suriah. Saat itu lebih dari 70.000 warga Suriah telah datang ke Swedia.
Sesuai laporan tersebut, pada tahun 2015, Swedia mencatat rekor dengan menerima 162.000 permohonan suaka terutama dari Suriah, Irak dan Afghanistan. Alhasil, masuknya pencari suaka Muslim dari negara-negara yang dilanda perang ini berdampak signifikan pada situasi politik Swedia.
Misalnya, partai terbesar ketiga di parlemen Swedia, Partai Demokrat sayap kanan Swedia yang berakar pada Neo-Nazisme, telah menciptakan persepsi di antara orang-orang dalam beberapa tahun terakhir bahwa masuknya imigran yang sebagian besar Muslim telah menyebabkan lonjakan kejahatan.
Tak hanya itu, sejak tahun 2015-2016 atau terjadinya krisis migran, banyak orang Swedia memandang pengungsi sebagai tekanan pada keuangan publik di negara itu. Ini menjadi penting karena Swedia adalah negara yang memiliki salah satu program kesejahteraan paling dermawan di dunia.
Sebuah laporan di The New York Times melaporkan bahwa masuknya besar imigran ke Swedia mengancam ketahanan model negara yang bergantung pada warganya yang membayar beberapa pajak tertinggi di dunia dan "memahami bahwa setiap orang seharusnya bekerja".
Tetapi sejumlah besar imigran, banyak di antaranya tidak terampil dan berpendidikan, berarti bahwa mereka akan bergantung pada kesejahteraan selama bertahun-tahun. Hal ini menjadi sesuatu masalah yang kian hari kian menjadi soal yang semakin diwaspadai oleh orang Swedia.