Logo BBC

Restoran Indonesia di London Berjuang Bangkit dari Resesi Virus Corona

Zulhan dan Hesti Ibrahim, pemilik restoran Bali Bali di London.-BBC
Zulhan dan Hesti Ibrahim, pemilik restoran Bali Bali di London.-BBC
Sumber :
  • bbc

Pemilik salah satu restoran Indonesia di London mengatakan mereka berusaha untuk bangkit kembali di tengah pandemi virus corona yang menyebabkan Inggris resesi dan banyak usaha gulung tikar.

Zulfan dan Hesty Ibrahim - pemilik restoran Bali Bali - mengatakan ketidakpastian masih sangat membayangi walaupun mereka mengikuti anjuran pemerintah Inggris yang mulai mengizinkan restoran, bar, dan kafe dibuka kembali mulai awal Juli.

Pemerintah Inggris mengeluarkan izin setelah menerapkan karantina wilayah pada 23 Maret lalu dan menutup semua usaha jasa. Namun, walau izin membuka restoran sudah dirilis, masih banyak penerbangan, terutama dari luar Eropa, yang belum masuk Inggris.

Zulfan mengatakan dengan masih terbatasnya turis yang masuk Inggis, mereka masih khawatir akan jumlah pengunjung restoran.

"Kami sangat tergantung pada turis...belum banyak penerbangan yang datang," kata Zulfan yang mulai membuka restoran mereka pada pertengahan Juli lalu.

"Kami sedih, ini bisnis keluarga yang dibina sejak lebih 30 tahun, apa bisa bangkit lagi? Apa bisa normal lagi seperti dulu? Kita nggak tahu," sambung Hesty tentang usaha keluarga yang dibuka pada 1986.

London termasuk salah satu kota yang paling banyak dikunjungi turis dunia dengan jumlah kunjungan tahun 2019 sekitar 21,7 juta orang. dari total 40,9 juta kunjungan turis ke Inggris.

Jumlah penerbangan, menurut data Otorita Penerbangan Inggris, Civil Aviation Authority pada Juli 2020 - musim liburan - hanya sekitar 80.000, anjlok dari lebih 314.000 pada Juli tahun lalu.

Bali Bali termasuk satu dari ribuan bisnis restoran di London yang berusaha bangkit kembali di tengah dampak pandemi virus corona yang menyebabkan Inggris secara resmi masuk ke resesi, pertama sejak 1995. Restoran Indonesia di Inggris bisa dihitung jari jika dibandingkan dengan restoran Thailand ataupun Malaysia.

Pada Juli lalu, puluhan restoran dan kafe di London menyatakan tak akan buka lagi. Penutupan ini termasuk ditutupnya lebih dari 200 restoran yang memiliki jaringan di Inggris seperti Carluccio dan Zizzi.

Sedikitnya 22.000 orang yang bekerja di sektor rumah makan terkena pemutusan hubungan kerja tahun ini di tengah banyak restoran yang gulung tikar, menurut data dari The Centre for Retail Research.

Industri pariwisata di Inggris diperkirakan akan merugi sekitar £22 miliar (sekitar Rp424 triliun) tahun ini, karena anjloknya jumlah turis akibat pandemi virus corona, menurut data World Travel & Tourism Council.

Dengan masih adanya pembatasan arus masuk ke Inggris, pendapatan dari turis internasional diperkirakan akan turun 78?n sekitar tiga juta orang akan kehilangan pekerjaan, menurut WTTC.

pengunjung restoran di London
EPA
Pengunjung restoran di London menggunakan kesempatan program diskon Eat Out to Help Out sepanjang Agustus.

 

Sebagian besar PHK terjadi pada restoran di jaringan rumah makan yang menggantungkan pada tempat yang biasanya banyak dikunjungi orang seperti mal dan di jalan-jalan ramai, menurut CRR.

Pemerintah Inggris sendiri sejak Maret lalu memberikan skema bantuan furlough, subsidi 80% untuk pembayaran gaji untuk berbagai usaha yang terkena imbas pandemi.

"Bali Bali adalah penghasilan kami, untuk bayar (kredit) rumah, untuk kami makan, jadi...," kata Zulfan yang tidak berusaha menahan tangisnya.

"Bali Bali adalah tempat untuk hidup. Jadi kita sedih bisa sampai begini. Namun bukan kami saja yang menderita," timpal Hesti.

Mereka mengatakan dampak pandemi jauh lebih parah dibandingkan saat Inggris mengalami resesi pada 2008.

"Alhamdulilah ada furlough. Karyawan termasuk kami mendapatkan bantuan ini. Mungkin di negara lain gak ada yang bantu, tapi Alhamdulilah kita dapat bantuan dari pemerintah," katanya lagi.

Ia juga menambahkan mereka juga mengeruk tabungan untuk kebutuhan sehari-hari karena tidak memiliki pendapatan selama lebih tiga bulan lockdown.

restoran di London
Reuters
Restoran di China Town, London pada awal Agustus saat penerapan skema diskon 50% untuk makan.

 

Skema furlough, bagian dari respon tanggap darurat Covid-19 pemerintah Inggris akan berakhir Oktober mendatang dan Menteri Keuangan Rishi Sunak menolak seruan berbagai pihak untuk memperpanjang skema ini.

Untuk membantu sektor restoran, selama bulan Agustus, pemerintah Inggris membuka program Eat Out to Help Out - potongan 50% untuk makan di restoran - guna membantu industri yang terpukul parah akibat pandemi virus corona.

restoran di London
EPA
Pengunjung salah satu restoran di London pada 3 Agustus lalu.

 

 

Pendapatan anjlok

 

Penjualan di bar, restoran dan hotel di seluruh Inggris anjlok sebesar £30 miliar selama lockdown, menurut badan perdagangan Inggris, UK Hospitality.

Menurut badan ini, pendapatan turun drastis sekitar 87% antara April dan Juni, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ketua UK Hospitality Kate Nicholls mengatakan hal ini berarti bantuan pemerintah untuk sekitar 65.000 bisnis adalah hal yang vital.

Sebelum pandemi virus corona, sektor ini mempekerjakan 3,2 juta orang.

"Angka ini menguatkan pesan kami bahwa berbagai bisnis masih perlu bantuan dari pemerintah untuk mencegah bangkrutnya bisnis lebih lanjut dan orang-orang yang kehilangan pekerjaan," katanya.

"Walaupun sebagian usaha mulai berdagang lagi, banyak bisnis lain yang masih sulit untuk kembali beroperasi. Sebagian lain secara legal masih harus tutup," tambahya lagi.

 

Mulai bangkit lagi

 

Graham dan Janet Browett, pemilik pub di Derbi, Inggris.
BBC
Graham dan Janet Browett, pemilik pub di Derbi, Inggris.

 

Graham dan Janet Browett, pasangan Inggris yang memiliki pub Five Lamps di Derby mengatakan mereka beserta 15 karyawan juga mengikuti program furlough selama lockdown, dan mencoba kembali menarik para pengunjung.

Selama karantina wilayah, mereka mengatakan tak ada pemasukan sama sekali walaupun mendapat keringanan untuk tidak membayar sewa dari pemilik gedung.

"Sekarang ini koki kami membuat menu baru yang tak bisa kami tampilkan dengan piring plastik," kata Browett dan menambahkan mereka memperoleh sekitar 80?ri pendapatan yang mereka peroleh sebelum lockdown.

"Masih ada pengunjung yang ragu-ragu. Banyak pelanggan kami yang tua, jadi kami ada pengunjung muda namun yang tua masih takut untuk datang," katanya.

Pub ini juga mengikuti program pemerintah Eat Out To Help Out bulan Agustus ini untuk "memperkenalkan menu baru kami," kata Browett.

Sejauh ini, apa komentar Browett serta Zulfan dan Hesty Ibrahim, pemilik restoran Bali Bali di London, akan perkiraan masa depan mereka?

Mereka mengatakan menunggu "vaksin" yang disebutkan dapat membantu usaha mereka bisa pulih seperti sedia kala.