Logo DW

Emosi Beracun Antar Brenton Tarrant jadi Ekstremis dan Teroris

Reuters/J. Kirk-Anderson
Reuters/J. Kirk-Anderson
Sumber :
  • dw

Dia tampaknya sangat terpukul ketika ayahnya meninggal dunia karena kanker pada tahun 2010 pada usia 49 tahun. Namun tiada yang bisa menjelaskan apa yang menyulut kebencian membara di balik kejahatan Tarrant.

Proses menuju radikal

Dalam "manifesto" bertele-tele yang diunggah sebelum pembantaian, Tarrant menjelaskan tentang proses menjalanai radikalisasi selama perjalanan ke Eropa dan Asia, yang tampaknya dibiayai oleh warisan, sehingga dia tidak harus bekerja.

Aspek luar biasa dari kepribadian Tarrant tampaknya adalah kerentanannya terhadap kebencian di online dan pada akhirnya, kesediaannya untuk membagikan aksi pembunuhannya di media sosial melalui kamera GoPro yang dipasang di helm.

Semakin terisolasi di dunia nyata, Tarrant berkecimpung di ruang-ruang obrolan ekstremis, berbagi meme dan lelucon bernada rasis dengan kenalannya di online yang mendorong pandangannya.

Jaksa Mark Zarifeh mengutip wawancara yang dilakukan otoritas penjara dengan Tarrant pada bulan April, ketika dia menggambarkan bagaimana keadaan pikirannya pada saat penyerangan.

"Dia mengatakan dia memiliki kondisi emosi yang beracun dan sangat tidak bahagia," kata Zarifeh.