Luapan Emosi Korban Teror Masjid Christchurch: Kami Pemenang
- republika
Rashid Omar, putranya yang berusia 24 tahun, Tariq, terbunuh di masjid Al Noor. Dia berharap pada saat itu putranya selamat, namun sayangnya tidak demikian.
"Tubuh saya terasa sangat lemah dan semuanya menjadi sunyi. Sebagai orang tua, berapa pun usia anak-anak Anda, mereka akan selalu menjadi bayi Anda," kata dia.
Omar mengungkapkan, setiap hari yang dilewati menjadi beban untuk ditanggung, dan dia merasa tugas-tugas sederhana pun sulit diselesaikan. Omar bangun dengan lelah dan tanpa energi. Omar mengatakan, dia dulu suka fotografi, namun sekarang dirinya tidak tahan untuk mengambil kamera.
Istri Omar, Rosemary mengatakan, rasa kehilangan dan kesedihan melemahkannya, dan telah membayangi segala sesuatu dalam hidup mereka. "Ini seperti saya hancur, dan saya melihat keluarga saya hancur," kata Rosemary.
Di samping itu, banyak dari mereka menggambarkan tekanan finansial yang dialami. Motasim Uddin tertembak di kaki dan menghabiskan lebih dari tiga bulan di rumah sakit.
Uddin mengatakan, dia tidak dapat kembali bekerja sebagai tukang las, dan mengkhawatirkan masa depannya, terutama karena dia berusaha untuk menghidupi orang tuanya di Bangladesh. "Saya tidak bisa melupakan apa yang terjadi, apa yang saya lihat. Aku mencoba melupakan, tapi aku terbangun sambil memikirkannya," ucap Uddin.
Noraini Milne, putranya Sayyad (14) juga tewas dalam peristiwa itu. Dia mengatakan, kelangsungan hidupnya sendiri datang sebagai berkah, karena dia berencana menghabiskan hidupnya membantu orang lain. "Anda memilih untuk melakukan tindakan tercela dan pengecut," katanya kepada Tarrant.