Gadis Cantik Afghanistan Angkat Senjata AK-47 demi Membela Keluarga
- bbc
Di luar rumah tergeletak lima mayat: jenazah ibu dan ayahnya, seorang tetangga tua yang juga kerabatnya, dan dua orang penyerang.
"Mengerikan," katanya. "Mereka sangat kejam. Ayahku difabel. Ibuku tidak bersalah. Dan mereka baru saja membunuh mereka."
Tumbuh besar di Afghanistan, para remaja seperti Nooria tidak tahu apa-apa selain perang. Konflik yang terjadi saat ini antara pasukan pro-pemerintah dan Taliban -pasukan pemberontak garis keras negara itu- telah berlangsung selama lebih dari 25 tahun.
Pasukan pro-pemerintah menguasai kota-kota besar, sementara Taliban menguasai daerah-daerah terpencil yang luas. Desa-desa seperti tempat Nooria tinggal kerap terjebak di tengah-tengah konflik tersebut.
Di Provinsi Ghor, bukan hal yang aneh ketika kelompok kecil pemberontak Taliban menargetkan pos-pos pro-pemerintah. Nooria dan kakak tirinya, seorang perwira polisi militer, mengatakan ayah mereka menjadi sasaran pemberontak karena dia adalah tetua suku dan pemimpin komunitas pro-pemerintah.
Tiga minggu berlalu setelah kejadian itu, beredar beragam versi mengenai serangan itu dan keadaan di sekitarnya - dari Nooria, kakak laki-lakinya, anggota keluarga penyerang yang tewas, polisi setempat, tetua setempat, perwakilan Taliban, dan pemerintah Afghanistan.
Masing-masing menggambarkan versi yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain.
Menurut beberapa keterangan yang diberikan kepada BBC, salah satu pria bersenjata yang menyerang malam itu adalah suami Nooria, dan kisah heroik seorang gadis muda yang melawan militan Taliban ternyata disebabkan oleh perselisihan keluarga.
Kisah-kisah yang saling bertentangan itu berpotensi mengubur kebenaran tentang apa yang terjadi pada perempuan seperti Nooria dan realitas kehidupan tragis yang dihadapi di pedesaan Afghanistan - di mana perempuan muda sering terjebak dalam budaya kesukuan, adat istiadat tradisional, dan patriarki yang menjerat.
Seperti Nooria, para remaja itu hanya memiliki sedikit akses terhadap kebebasan berpendapat, mendapatkan pendidikan, dan lainnya - sehingga mudah diseret ke dalam kekerasan.