Mereka yang Mendamba 'Rumah Surga' di Ibu Kota Jerman
- dw
Kini komunitas ini sibuk dalam proyek pembangunan masjid yang disebut Proyek Rumah Surga. Seiring berjalannya waktu, jumlah jemaah makin banyak.
Karimi menuturkan, Masjid al-Falah yang sudah ada sejak lebih dari 25 tahun. Sejak didirikannya terus berkembang dan tidak hanya menjadi tempat ibadah ritual bagi masyarakat tapi juga telah menjadi pusat kegiatan sosial masyarakat yang makin beragamnya program-programnya.” Jadi masjid kita itu sekarang udah mulai terasa sempit untuk melaksanakan program-program itu, perlu ruangan yang lebih luas supaya program-program kita bisa terlaksana dengan baik,” papar Karimi. Sudah lebih seperempat abad masjid ini dirintis, hingga kini masih berstatus sewa. Dikhawatirkan masa sewanya bisa habis sewaktu-waktu. Supaya permanen, komunitas ini berniat untuk membeli dan membangun masjid sendiri, papar Karimi.
Dalam mewujudkan proyek besar itu, Karimi menceritakan komunitas agama-agama lain pun turut membantu. Di antaranya adalah komunitas gereja Santo Joseph. “Kami berkomunikasi dan berdialog. Kita curhat-curhat antarorganisasi. Mereka beri beberapa solusi dan saran sehingga muncul pendekatan baru. Kita disarankan bertemu sekretariat negara untuk urusan kultur Eropa, karena untuk urusan religius ada di bawah sekretariat itu. Ketemu lagi, rapat lagi, diskusi bagaimana sih supaya bisa dapat bangunan masjid yang gampang di Berlin ini karena semakin hectic-nya Berlin susah juga bisa mendapatkan ruangan dan bangunan.“
Nurry M. Raraswati yang kini aktif di Majelis ilmu Ummul Falah juga berharap proyek rumah surga ini cepat terwujud. "Dengan banyaknya aktivitas dan semakin banyaknya jemaah, masjid kami terasa sempit sekali. Semoga Masjid Al-Falah IWKZ e.V. bisa mempunyai gedung sendiri yang lebih memadai dan masih berada di pusat kota. Seperti yang sudah direncanakan dalam Proyek Rumah Surga Masjid Al-Falah IWKZ e.V. Proyek ini menjadi sangat penting untuk kami agar kami memiliki tempat ibadah yang permanen, yang manfaatnya tidak hanya dirasakan bisa oleh umat muslim saja, melainkan untuk seluruh umat manusia,“ kata Nurry.
Terus menggalang dana
Salah seorang pengurus masjid IWKZ, Senapati, bercerita dana yang dihimpun akan digunakan untuk pembelian unit bangunan, yang akan difungsikan sebagai masjid. "Kami mengumpulkan dana dari jalur transfer dan di Kitabisa.com. Sekarang sudah terkumpul sekitar 264 ribu euro dari target 600.000 euro. Nominal 600.000 euro tersebut merupakan untuk meminjam uang ke bank senilai sekitar 1-2 juta euro untuk membeli objek yang sekarang sedang ditargetkan. Di kemudian hari apabila bangunan sudah terbeli, kami mencicil dari sumbangan-sumbangan jemaah," ungkapnya.
Senapati menambahkan, jika sudah mempunyai bangunan sendiri, otomatis bisa lebih leluasa beribadah, karena bisa menampung lebih banyak umat terutama pada saat salat Jumat. "Lokasi masjid kami sekarang di lantai dasar gedung apartemen. Kalau kami mempunyai bangunan sendiri maka kami bisa menyelenggarakan acara acara dengan leluasa, misalnya di halaman objek bangunan," pungkas Senapati.