Kepala WHO: Nasionalisme Vaksin Tidak Baik

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Sumber :
  • tvOne

VIVA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan bahwa vaksin apapun termasuk untuk COVID-19 harus menjadi produk kesehatan global. Tidak boleh ada sentimen kenegaraan dalam pembuatan dan pembagian vaksin tersebut.

Angka Pneumonia Anak Masih Tinggi, Inilah Jadwal Imunisasi Terbaru dari IDAI untuk Vaksin PCV

"Nasionalisme vaksin tidak baik, itu tidak akan membantu kita," kata Tedros seperti dilansir dari laman The Telegraph, Jumat, 7 Agustus 2020.

Tedros menegaskan vaksin COVID-19 harus menjadi barang publik. Suatu negara yang mampu membuatnya tidak boleh berbagi hanya karena memiliki kelebihan.

Dharma Sebut Bio Weapon untuk Pandemi Selanjutnya Sudah Disiapkan, Gong Kematian Pengusaha Jakarta

"Agar dunia pulih lebih cepat, ia harus pulih bersama karena ini adalah dunia yang mengglobal," kata dia.

Dia menyampaikan sebagian dari dunia atau beberapa negara tidak dapat menjadi tempat berlindung yang aman dari COVID-19. Mereka juga tidak bisa pulih sendiri karena mereka harus pulih bersama dengan seluruh dunia.

Peduli Kesadaran Kesehatan Mental, TikTok Gandeng WHO Luncurkan Program Literasi Generasi Muda

"Berbagi vaksin atau berbagi alat lain sebenarnya membantu dunia pulih bersama, dan pemulihan ekonomi bisa lebih cepat dan kerusakan akibat COVID-19 bisa berkurang," ujarnya.

Menurut Tedros, ketika negara-negara membagikan vaksin, mereka tidak hanya berbuat baik bagi negara lain, tapi bagi diri mereka sendiri. Sebab, jika seluruh dunia pulih, mereka pada akhirnya akan diuntungkan.

Dia menegaskan bahwa seluruh negara-negara di dunia harus bekerja sama dalam memerangi pandemi. Selain itu, mereka perlu berinvestasi dalam keamanan kesehatan global.

"Pandemi corona virus pertama dalam sejarah telah menunjukkan betapa pentingnya investasi kesehatan untuk keamanan nasional," kata dia.

Ilustrasi tuberkulosis.

WHO Tetapkan TBC Penyakit Menular Paling Mematikan

Dalam laporan WHO baru-baru ini diketahui sebanyak 10,8 juta orang terjangkit TBC tahun lalu dan baru 8,2 juta yang terdiagnosis.

img_title
VIVA.co.id
19 November 2024