Ada 2.750 Ton Amonium Nitrat di Lokasi Ledakan Beirut Lebanon

Sebuah helikopter terlihat berusaha memadamkan api akibat ledakan di Lebanon.
Sumber :
  • Sky News.

VIVA – Ledakan besar terjadi di ibu kota Lebanon, Beirut, pada Selasa, 4 Agustus. Laporan sementara, akibat ledakan ini sedikitnya 70 orang meninggal dan 4.000 orang lainnya luka-luka.

Anggota Parlemen Lebanon Klaim Kesepakatan Gencatan Senjata dengan Israel Hampir Tercapai

Dikutip dari BBC, para pejabat menyalahkan bahan-bahan peledak tinggi yang disimpan di gudang selama enam tahun.

Presiden Lebanon Michel Aoun men-tweet bahwa "tidak dapat diterima" bahwa 2.750 ton amonium nitrat disimpan secara tidak aman.”

Serangan Israel di Beirut Selatan, 31 Orang Tewas

Baca juga: Trump: Ledakan di Beirut Lebanon Semacam Bom

Saat ini, proses investigasi sedang dilakukan untuk menemukan pemicu ledakan itu. Dewan Pertahanan Tertinggi Libanon mengatakan, mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi “hukuman maksimum”.

Biden dan Macron Akan Umumkan Gencatan Senjata Israel-Lebanon, Konflik Mereda?

Atas kejadian ini, Presiden Aoun mengumumkan masa berkabung tiga hari, dan mengatakan pemerintah akan mengeluarkan 100 miliar Lira atau $66 juta (sekitar Rp96 miliar dengan kurs Rp14.550 per Dollar AS) dana darurat.

Perdana Menteri Hassan Diab menyebutkan kejadian ini sebagai malapetaka. Dia mengatakan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban.

Dia berbicara tentang "gudang berbahaya" yang telah ada di sana sejak 2014. Namun, dia mengatakan tidak akan mencegah penyelidikan.

Media lokal menunjukkan orang-orang terjebak di bawah puing-puing.  Seorang saksi mata menggambarkan ledakan pertama itu memekakkan telinga, dan rekaman video menunjukkan mobil yang rusak dan bangunan yang hancur akibat ledakan.

"Semua bangunan di sekitar sini runtuh. Saya berjalan melalui kaca dan puing-puing di mana-mana, dalam kegelapan," seorang saksi mata di dekat pelabuhan.

Ledakan itu terdengar 240 km (150 mil) jauhnya di pulau Siprus di Mediterania timur. Ledakan itu terjadi pada saat Lebanon dilanda krisis ekonomi yang memicu perpecahan lama. Ketegangan juga tinggi menjelang putusan persidangan, Jumat, atas pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri pada 2005.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya