Cerita Warga Indonesia Menjalani Lockdown Lebih Ketat di Melbourne
- abc
"Belanja memang susah karena hanya satu orang, tergantung bisnisnya juga, karena bisnis saya skala kecil dan kita tidak stok barang sebelumnya, karena kita ingin pelanggar mendapat fresh. Puji Tuhan beberapa supplier kita tetap membantu," katanya.
Benidictus Jobeanto yang tinggal di Point Cook mengaku aturan ini akan berdampak pada keluarganya, karena biasanya ia dan berbagi tugas berbelanja di beberapa tempat.
Tapi ia mengaku menyambut baik aturan ini, supaya tidak terlalu banyak orang di luar, katanya kepada ABC Indonesia.
Hanya boleh satu orang dari tiap rumah tangga yang diperbolehkan keluar untuk pergi bahan-bahan kebutuhan pokok, seperti makanan. (ABC News: Daniel Fermer)
Cucu Juwita di Weribee mengatakan aturan ini menyulitkan, karena ia tidak bisa mengandalkan suami memilih apa yang ia ingin beli atau sebaliknya. Ia berharap jika bisa melakukannya secara daring.
Brainly Daniel Sondakh di Noble Park mengatakan aturan ini tidak masuk akal, karena ada ketidakjelasan, di mana bisa saja saat satu orang keluar maka orang berikutnya yang ingin belanja harus menunggu orang yang sedang berbelanja pulang.
Begitu pula dengan Kartini Tallasa di Forrest Hill mengaku agak keberatan dengan aturan ini karena tidak bisa lagi pergi berbelanja bersama keluarganya.
"Tapi demi kebaikan bersama untuk masyarakat, kami setuju dengan aturan tersebut. Dan ini tidak akan berjalan selamanya, hanya untuk enam minggu, jadi kami bisa menjalaninya," ujar Kartini.
Penerapannya pun menjadi pertanyaan Yovita Melia yang tinggal di pusat kota Melbourne dan pada akhirnya kembali pada "moral" warga dalam melakukannya.
"Karena anggapan saya pemerintah tidak tahu siapa saja yang tinggal dalam satu rumah. Dua orang bisa saja membawa trolley masing-masing dan dikira tinggal di rumah yang berbeda," katanya.
Warga Melbourne hanya diperbolehkan berolahraga satu jam setiap hari dengan jarak tidak lebih dari lima kilometer dari tempat tinggalnya. (Supplied)