Nasib Mahasiswa Indonesia Batal ke Australia karena Pandemi COVID-19
- abc
Bakti seharusnya sudah mulai kuliah di "University of Queensland" Juni lalu, namun, karena pandemi dan penutupan perbatasan Australia, baru dijadwalkan untuk berangkat pada bulan Januari 2021.
"Sebenarnya dari pihak beasiswa sudah berusaha maksimal agar kami tetap berangkat bulan Juli kemarin. Tapi ketika sudah rapat, mereka bilang tidak bisa," kata Bakti.
Sama seperti penerima beasiswa lainnya, Bakti sudah berhenti dari pekerjaannya sebagai asisten peneliti di bidang lingkungan untuk bersiap mengikuti program "pre-departure training" atau pelatihan sebelum studi di Australia.
Namun, menurutnya, keputusan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) untuk menunda tanggal keberangkatan penerima beasiswa di seluruh dunia hingga Januari 2021 ini adalah yang terbaik.
"Di satu sisi, kalau misalnya kami tetap berangkat, kemungkinan akan lebih kaget lagi karena di bayangan kami sampai sana akan kuliah "face to face"," kata Bakti.
"Sedangkan mungkin dengan cara belajar "online" yang menatap komputer itu, mungkin perlu adaptasi yang lebih lagi sehingga penyampaian materi akan lebih sulit bagi teman-teman yang lain juga."
Sistem pendidikan di Australia menjadi daya tarik tersendiri bagi Bakti yang ingin menempuh pendidikan lanjut dan akan mempelajari program "Master of Geographic Information Science".
"Australia memang salah satu negara yang bisa dibilang bagus sistem pendidikannya sehingga banyak pelajar dari negara lain juga berbondong-bondong untuk sekolah di sana," kata dia.