Keringat dan Air Mata Petani Indonesia Demi Kopinya Masuk Australia
- abc
Sri sudah menanam beberapa pohon seperti sengon, alpukat, dan lamturo di perkebunan kopi miliknya, sehingga ia mengaku tak terpengaruh pada perubahan iklim.
Sayangnya tidak semua petani kopi memiliki kesadaran atau pengetahuan yang sama, sehingga harus menanggung risikonya.
"Saat ini, semua sudah menjadi lebih sulit. Contohnya, masalah air. Sudah mulai kekeringan, kopi mulai tidak subur, panen lebih jelek ... ada ulat, hama yang tidak pernah kita tahu ada," kata dia.
Sri mengatakan kebanyakan warga di Gayo adalah petani kopi karena kondisi tanah yang subur.
Foto Sri Wahyuni
"Di tempat-tempat lain yang memang sudah panas dan tidak terlindung, dan menggunakan bahan kimia, hamanya banyak."
Kondisi lingkungan ini menimbulkan kerugian bagi para petani kopi yang hasil panen kopinya menjadi busuk.
Pengusaha kafe di Australia mengatakan sebenarnya biji kopi asal Indonesia jika dipanggang dengan benar tidak kalah dengan negara lainnya.
ABC Rural: Jessica Schremmer
Ancaman bagi kesejahteraan petani kopi
Jarrod Kath, peneliti dari University of South Queensland, Australia, mengatakan perubahan iklim juga telah mengancam kesejahteraan petani kopi di Indonesia.
Hal ini ditemukannya ketika sedang meneliti dampak perubahan iklim terhadap kopi di sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
"Produksi kopi yang turun akibat perubahan iklim yang ekstrim akan membawa dampak ekonomi besar bagi petani di tingkat lokal," kata Jarrod kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Kondisi ini dapat menimbulkan pemikiran di mana menanam kopi sudah tidak lagi menguntungkan secara ekonomi dan mungkin saja membawa economic shock bagi mereka."