Inggris Siap Jadi Global Britania Sekeluarnya dari Uni Eropa

Dubes Inggris untuk RI dan Timor Leste Owen Jenkins
Sumber :
  • VIVAnews/Dinia Adrianjara

VIVA – Inggris secara resmi akan keluar dari Uni Eropa pada tanggal 31 Januari 2020 tepat pukul 23.00 malam waktu setempat. Pemerintah Inggris akan memenuhi janji kepada rakyatnya yang telah melakukan pemungutan suara referendum hampir empat tahun yang lalu, untuk meninggalkan Uni Eropa.

Siapkan Investasi Rp 267 Triliun hingga 2029, MIND ID Kerek Target Pendapatan Tahunan

Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins, mengatakan meninggalkan Uni Eropa menjadi kesempatan bagi Inggris untuk menunjukkan arti sebenarnya dari Global Britania.

"Global Britania berarti pemerintah Inggris yang bervisi global, membina hubungan baru dengan Uni Eropa, bahkan hubungan yang lebih kuat dengan negara-negara seperti Indonesia," kata Jenkins dalam keterangan pers di Kedutaan Besar Inggris, Jakarta Selatan, Jumat 31 Januari 2020.

Pengadilan Domestik Akan Tentukan Sikap Inggris atas Perintah ICC untuk Tangkap Netanyahu

Jenkins menjelaskan, Global Britania berarti menjadikan Inggris sebagai negara yang memiliki perdagangan bebas dan liberal, yang bertindak sebagai kekuatan untuk kebaikan dunia.

"Sebagai negara, kami baik-baik saja. Dengan keyakinan bahwa Inggris menjangkau dunia, kami adalah negara yang ambisius dengan ide-ide besar, bertekad untuk mendapatkan peluang-peluang kerja sama baru," ungkap Jenkins.

Mencapai Kebebasan Finansial Lebih Cepat dengan Prinsip FIRE (Financial Independence, Retire Early)

Selain itu sebagai negara dengan tujuan investasi nomor satu di Eropa, pemerintah Inggris meyakini bahwa tingkat investasi khususnya ke sektor teknologi lebih baik dibandingkan negara adidaya teknologi seperti Amerika Serikat dan China.

"Jadi kami yakin akan kemampuan kami untuk mengambil posisi baru kami sebagai negara yang mandiri di dunia," kata dia.
 

Salah satu gerai Starbucks di Tangerang.

Pendapatan Global McDonald hingga Starbucks Babak Belur Akibat Aksi Boikot 

Perusahaan yang menghadapi boikot umumnya memiliki waralaba di berbagai negara. Akibatnya, pendapatan secara global kompak mengalami penurunan signifikan. 

img_title
VIVA.co.id
26 November 2024