Ekonomi Dunia Makin Suram, Menlu: Semua Pemimpin Dunia Khawatir
- VIVAnews/Arrijal Rachman
VIVA – Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengungkapkan bahwa kekhawatiran pemimpin-pemimpin dunia saat ini semakin terlihat akibat kondisi ekonomi dan politik semakin suram. Itu dirasakannya usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-35 ASEAN di Bangkok, pada 2-4 November 2019 lalu.
Retno mengatakan, dari sisi ekonomi, kekhawatiran itu mencuat karena berbagai lembaga internasional terus merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Diperkirakan pertumbuhannya pada 2019 mencapai titik terendah sejak terjadinya krisis keuangan global pada 2008, yakni hanya di kisaran tiga persen.
"Dari semua pembicaraan, maka satu kesimpulan tampak sekali kekhawatiran para pemimpin dunia mengenai situasi dunia saat ini, baik dari aspek politik dan ekonomi," kata dia di Menara Kadin, Jakarta, Selasa, 19 November 2019.
Selain itu, lanjut dia, kekhawatiran itu semakin menjadi-jadi setelah Managing Director Dana Moneter Internasional atau IMF, Kristalina Georgieva, menyebutkan bahwa 90 persen negara-negara ekonomi berkembang, secara serentak akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang melambat pada 2019.
"Atau hampir semua negara mengalami pertumbuhan melambat. Oleh karena itu Managing Director IMF mengatakan bahwa global dunia saat ini dalam sinkronisasi perlambatan, dan IMF mengatakan, mayoritas pertumbuhan ekonomi dari negara maju lebih suram lagi," katanya.
Meski begitu, lanjut dia, Indonesia dan negara kawasan ASEAN, masih bisa bernapas lega, karena IMF menilai pertumbuhan ekonomi ASEAN masih cukup stabil dan kuat menghadapi berbagai tekanan global, baik perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China hingga berbagai persoalan geopolitik.
"Ekonomi Indonesia dinilai masih cukup bagus, aktif dan ekonomi inklusi. ASEAN juga dibilang masih cukup bagus, dilihat sebagai titik terang dalam ekonomi dunia yang sedang suram, dan beliau akui dunia masih dan akan dipenuhi ketidakpastian yaitu tekanan geopolitik dan perdagangan," kata dia.