Siapa Joshua Wong, Pria Kurus 'Geek' yang Bikin China Bergidik

Aktivis pro demokrasi Hong Kong Joshua Wong
Sumber :
  • Video BBC

VIVA – Joshua Wong baru berusia 20 tahun. Namun jangan kaget, kiprahnya pada
aktivitas pro demokrasi Hong Kong sudah ditulis dalam sejarah. Postur Joshua Wong kurus, berkacamata, gandrung menggunakan kaus bergambar manga itu untuk kedua kalinya ditangkap pemerintah Hong Kong dengan pengaruh China.

Kemenperin Tegaskan Kemasan Rokok Diseragamkan Picu Makin Maraknya Produk Ilegal

Penampilan ala geek "anak muda antimainstream yang biasa sibuk dengan gim atau komputer" ini ternyata jadi momok bagi China bahkan sejak Joshua Wong berusia 14 tahun.

Joshua bergaya kebanyakan remaja Hong Kong, sepintas tak ada yang istimewa dari dirinya. Namun orasi, inisiatif dan gerakan yang dia bangun bersama rekan-rekannya membuat Joshua Wong masuk dalam daftar "musuh berbahaya" China.

Prabowo Singgung Usulan Gus Dur Jadi Pahlawan, Begini Respons Yenny Wahid

Dilansir laman Aljazeera, tahun 2014 pria geek tersebut memimpin Revolusi Payung yakni gerakan pro demokrasi yang turun ke jalan-jalan di pusat Kota Hong Kong dengan damai. Sejak saat itu dia mengalami tekanan politik bahkan kekerasan dari aparat. Namun urat keberanian Joshua Wong tak putus.

Joshua Wong sudah menunjukkan visinya sejak dia berusia 14 tahun dan mendirikan organisasi pelajar yang diberi nama Scholarism. Bersama Hong Kong Federation, Scholarisme menyuarakan protes di kantor pemerintahan Hong Kong dengan adanya aturan dari China bahwa calon yang bisa maju ke pemilihan lokal dan kota Hong Kong adalah individu yang dianggap mencintai negara dan calon yang dianggap pas oleh Partai Komunis. Parahnya hal itu disetujui pemerintah Hong Kong melalui Buku Putih.

PDIP Tak Tolak Kenaikan PPN 12% tapi Minta Dikaji Ulang

Scholarism dan Hong Kong Federation dengan massa ratusan orang kemudian berdemonstrasi di depan gedung pemerintah Hong Kong. Namun berhari-hari pemerintah menolak menemui mereka sehingga Wong dan sejumlah rekannya nekat memanjat tembok agar bisa berbicara dengan wakil mereka dan pemerintah pusat.

"Tidak pernah terpikirkan nantinya di negara kami berakhir dengan satu partai saja. Sungguh sebuah lelucon dan sama sekali bukan demokrasi," kata Joshua Wong dalam sebuah wawancara.

Akibat pemerintah menolak menemui mereka, Wong beserta rekannya mencoba memanjat tembok akhirnya terjadi kerusuhan di demonstrasi. Tiga belas orang termasuk Wong ditahan polisi setelah mereka mengalami kekerasan dan didakwa menyerang dengan menggunakan semprotan merica.

Namun simpati kepada massa justru bertambah. Dua hari kemudian massa yang turun ke jalan malah bertambah hingga ribuan orang. Hingga aksi itu kemudian dikenal dengan nama Revolusi Payung. Nama ini bukan tanpa makna. Massa memang sengaja menggunakan payung yang khususnya berwarna kuning untuk digunakan sebagai tameng apabila mereka disemprotkan gas air mata. Aksi mereka diklaim damai dan tanpa kekerasan.

"Saya tak menyesal. Hal itu termasuk keputusan terbaik dalam hidup saya," kata Wong soal melawan dan ditahan aparat.

Joshua Wong pernah ditahan hingga tujuh bulan sebelum akhirnya dibebaskan beberapa bulan lalu tahun ini. Namun kemudian hari ini, dia kembali ditangkap dan ditahan menjelang demonstrasi besar yang akan dihelat di Hong Kong.

"Apabila 10 tahun lalu orang mengatakan bahwa tahun 2047 China akan seperti Hong Kong maka kami bisa mempercayainya. Namun dalam 10 tahun terakhir, kami melihat bagaimana Partai Komunis membuat Hong Kong semakin mirip dengan China," kata Joshua Wong.

Diketahui bahwa China sebelumnya pada tahun 2007 menjamin bahwa Hong Kong akan bisa memilih langsung chief executive atau pemimpin wilayah administrasi itu. Namun pada 2003, Beijing merilis UU Antisubversif  yang membuat Hong Kong mengikuti aturan tertentu dari China untuk calon yang akan dipilih.

"Saat ini kami tak bisa memilih sendiri pemimpin kami dan kami akan lawan hingga berhasil," kata dia.

Joshua Wong mengakui bahwa dia akan siap membayar harga aktivitas pergerakan yang dilakukannya. Hal itu ternyata terbukti. Pada 2015, saat dia akan mengikuti konferensi di Malaysia, setibanya di bandara, Joshua Wong malah ditolak dan harus pulang. Otoritas Malaysia mengakui bahwa pemulangan Wong merupakan upaya mereka menjaga hubungan baik dengan pemerintah China. [mus]

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya