Hoaks tentang COVID-19 Menyasar Kelompok Minoritas Muslim di India
- bbc
Hoaks atau berita palsu bisa berdampak parah bila ada kelompok yang menjadi sasaran. Di sisi lain, berita dari sumber yang dipercaya justru tenggelam akibat hoaks yang menyebar cepat. Inilah yang menjadi masalah di India selama pandemi virus corona.
Informasi salah berdampak sangat buruk pada kelompok minioritas dan juga sejumlah sektor seperti industri daging ayam dengan kerugian sekitar Rp25 triliun.
Tim Reality Check atau Cek Fakta BBC mengkaji dampak informasi yang salah ini terhadap kelompok yang menjadi sasaran.
Ketegangan antara kelompok agama meningkat
Isu agama merupakan salah satu yang menyebar cepat melalui internet selama wabah virus corona.
- Ratusan WNI anggota Jamaah Tabligh dilaporkan ke polisi India, sebagian di tahanan
- Virus corona: Ijtima di masjid India, ratusan orang dilacak
- TikTok dilarang di India setelah China-India berseteru, selebritas medsos hadapi ketidakpastian
Tim Reality Check BBC mengkaji apa yang terjadi antara Januari sampai Juni tahun ini melalui situs cek fakta India.
Kata-kata kunci yang digunakan dalam melacak fakta:
- Wabah virus corona
- Kerusuhan Delhi pada Februari
- Akta amandemen kewarganegaraan
- Klaim terkait miniortas Muslim
Dari 1.447 kasus cek fakta di lima situs India, klaim seputar virus corona mendominasi, sekitar 58%.
Sebagian besar yang dicari terkait informasi tentang penyembuhan yang salah, rumor tentang lockdown, dan teori konspirasi tentang asal usul virus.
Pada periode antara Januari sampai awal Maret, sebelum wabah virus corona meningkat pesat, hoaks didominasi oleh kabar-kabar palsu seputar Akta Amandemen Kewarganegaraan, undang-undang baru yang menawarkan kewarganegaraan ke tiga negara tetangga, namun hanya untuk mereka yang bukan Muslim.
Undang-undang itu menyebabkan protes di seluruh India oleh mereka yang mengatakan aturan itu akan menyudutkan Muslim.
Kerusuhan di kawasan Muslim di Delhi pada bulan Februari juga memicu hoaks saat itu.
Berbagai berita palsu itu termasuk video dan foto yang dipalsukan, dengan menggunakan gambar-gambar lama, dengan konteks berbeda, informasi palsu dan hoaks-hoaks lain.
Umat Muslim menjadi sasaran setelah kasus positif Jemaah Tabligh
Analisa kami menunjukkan hoaks yang menyasar umat Muslim meningkat pada pekan pertama April.
Hal ini terjadi setelah sejumlah anggota Jemaah Tabligh yang menghadiri ijtima di Delhi, dites positif.
Saat itu, di tengah makin banyaknya anggota yang dites positif, hoaks terkait Muslim sengaja disebar dan menjadi viral.
Di beberapa daerah lain, muncul seruan untuk memboikot bisnis dijalankan warga Muslim.
Penjual sayur, Imran - yang tidak menggunakan nama aslinya - mengatakan kepada BBC, saat video hoaks di WhatsApp yang menunjukkan seorang pria meludahi roti dan viral, seruan memboikot warga Muslim meningkat.
"Kami takut untuk masuk ke desa-desa, tempat kami biasanya menjual sayur," kata Imran, yang tinggal di negara bagian Uttar Pradesh.
Imran dan penjual sayur lain dari komunitas yang sama saat ini hanya menjual sayur di kota mereka.
Di ibu kota Delhi, Komisi Minoritas, yang menangani hak-hak kelompok minoritas, secara resmi memberitahu polisi bahwa mereka perlu bertindak terhadap orang yang berusaha melarang warga Muslim masuk ke perumahan-perumahan untuk berdagang.
"Tidak hanya Muslim yang terkait dengan Jemaah Tabligh (yang diserang), namun juga Muslim di semua wilayah India," kata Zafarul Islam, ketua komisi kepada BBC.
Pedagang daging jadi sasaran
Hoaks yang tersebar juga menyebut bahwa makan sayur dan bukan daging akan terhindar dari virus corona.
Pemerintah India meluncurkan kamapnye menghentikan penyebaran hoaks ini.
Hoaks yang tersebar melalui WhatsApp dan sosial media berdampak pada kelompok Muslim dan non-Muslim yang berbisnis daging.
Pemerintah India mengkaji bahwa sampai April lalu, informasi salah yang beredar tentang konsumsi daging menyebabkan kerugian sebesar £1,43 miliar (Rp25 triliun) dalam industri daging ayam.
Ayam adalah daging utama yang banyak dikonsumsi di India.
"Kami membagikan ayam gratis karena kami tak tahu apa yang harus kami lakukan dengan stok yang begitu banyak," kata Sujit Prabhavle, pedagang di negara bagian Maharashtra.
"Penjualan kami anjlok 80%," tambahnya.
"Saya lihat pesan lewat WhatsApp yang menyebutkan bahwa makan ayam akan menyebar virus corona, jadi orang tak lagi beli ayam," kata Touhid Baraskar, pedagang lain dari Maharashtra.