Peneliti Peringatkan: Waspada Mutasi Virus Corona Bisa Lebih Menular
- pixabay
VIVA – Pandemi wabah virus corona hingga kini masih menghantui masyarakat dunia. Bahkan informasi terbaru mengungkap, mutasi coronavirus atau COVID-19 yang baru bisa lebih menular. Para peneliti memperingatkan hal ini dan mutasi virus ini adala jenis yang paling umum.
Dikutip laman Metro, para peneliti dari Los Alamos National Laboratory, Duke University dan University of Sheffield mengatakan, virus COVID-19 telah meningkatkan kemampuannya untuk masuk dan menginfeksi sel manusia sejak pertama kali ditemukan tahun lalu. Mereka meyakini, strain ini mampu menyebar lebih mudah. Namun untungnya, tidak menyebabkan bentuk penyakit yang lebih parah. Diungkapkan pula oleh para peneliti ini, 11 juta orang di seluruh dunia dipastikan telah terkena coronavirus, menurut angka dari Johns Hopkins University.
Para peneliti percaya, strain ini lebih memungkinkan untuk menginfeksi manusia dengan lebih mudah. Para ilmuwan juga sampai pada kesimpulan, setelah menganalisa data viral melalui database GISAID (institusi yang dikembangkan Pemerintah Jerman dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mempelajari data genetika), termasuk puluhan ribu rangkaian virus yang menunjukkan bagaimana virus tersebut berevolusi dari waktu ke waktu di seluruh dunia.
Baca Juga: Ngintip Daleman Rok Wanita di Jerman Bisa Dibui 2 Tahun
Dr. Thushan de Silva, Dosen Klinis Senior untuk Penyakit Menular di Universitas Sheffield, mengatakan, "Kami telah mengurutkan galur SARS-CoV-2 di Sheffield sejak awal pandemi dan ini memungkinkan kami untuk bermitra dengan kolaborator kami untuk menunjukkan mutasi ini telah menjadi dominan dalam strain yang beredar."
Para peneliti menggunakan gambar selebaran yang diambil dan ditingkatkan warnanya di National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) Fasilitas Penelitian Terpadu (IRF) di Fort Detrick, Maryland, AS menunjukkan mikrograf elektron berwarna yang dipindai dari sel (hijau) yang terinfeksi SARS-COV-2 partikel virus (ungu).
Dr Thushan mengatakan, data yang disediakan oleh tim kami di Sheffield memberi kesan bahwa jenis baru itu dikaitkan dengan viral load yang lebih tinggi pada saluran pernapasan atas pasien dengan COVID-19, yang berarti ada kemampuan virus untuk menginfeksi manusia. Dia menambahkan, "Untungnya pada tahap ini, sepertinya virus dengan D614G tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah."
Dr Bette Korber, dari Los Alamos National Laboratory, juga mengatakan, ada baiknya ke depan para peneliti juga melakukan pelacakan evolusi SARS-CoV -2 (COVID-19) secara global karena para peneliti di seluruh dunia dengan cepat membuat data urutan viral mereka yang tersedia melalui database urutan virus GISAID.
"Saat ini, puluhan ribu urutan tersedia melalui proyek ini, dan ini membuat kami mampu mengidentifikasi kemunculan varian yang dengan cepat menjadi bentuk yang dominan secara global."
Seperti diketahui, kasus kematian akibat virus corona atau COVID-19 di Inggris mencapai 44.000 per 3 Juli 2020.