Pengadilan Turki Mulai Bahas Desakan Hagia Sophia Jadi Masjid
- dw
“(Erdogan) merasakan tekanan dukungan rakyat semakin menipis dan oleh karena itu ia ingin menggunakan masalah yang ia harap akan memobilisasi kembali kubu sayap kanan di sekitar topik nativis, populis, antielitis,'' kata Cagaptay, penulis buku ''Kekaisaran Erdogan“.
Tentangan berbagai kubu
Kekisruhan kembali menyeruak soal status Hagia Sophia berawal pada Mei silam saat pemerintah mengizinkan lafal Alquran surat al-Fath dikumandangkan di dalam Hagia Sophia untuk memperingati pendudukan Konstantinopel oleh tentara Utsmaniyah, 567 tahun silam.
Usulan itu sebelumnya sudah dikampanyekan oleh organisasi konservatif Islam, Serikat Pegawai Yayasan Keagamaan (Diyanet Bir-Sen). Partai pemerintah, AKP, juga sudah sejak lama melobi, agar status Hagia Sophia diubah menjadi masjid. Pada tahun 2015, pemerintah Turki menggelar acara keagamaan di Hagia Sophia, yang pertama sejak 80 tahun terakhir.
Kerumunan besar massa berkumpul di luar Hagia Sophia pada tanggal 31 Mei lalu. Mereka salat bersama dan menuntut agar Hagia Sophia dikembalikan sebagai tempat ibadah umat muslim.
Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah mengizinkan pembacaan Alquran di dalam Hagia Sophia dan Erdogan sendiri telah melafalkan doanya di sana.
Sementara pada pada hari Selasa (30/06) lalu, Patriark Ekumenis yang bermarkas di Istanbul mencatat bahwa Hagia Sophia telah melayani sebagai tempat ibadah umat Kristen selama 900 tahun dan rumah ibadah bagi umat muslim selama 500 tahun. “Sebagai museum, Hagia Sophia dapat berfungsi sebagai tempat dan simbol pertemuan, dialog dan koeksistensi perdamaian masyarakat dan budaya, untuk saling memahami dan membangun solidaritas antara kaum Kristen dan Islam,“ ujar Bartolomeus I.