Kasus COVID-19 Bertambah, China Lockdown Ibu Kota Beijing

Kota Beijing menerapkan lockdown karena khawatir gelombang kedua COVID-19.
Sumber :
  • Daily Sabah

VIVA – Pemerintah kota Beijing telah mengumumkan 49 kasus baru COVID-19, yang mana 36 di antaranya terkait dengan kasus di Pasar ikan Xinfadi yang baru ditutup 2 hari lalu.

Setelah China, AS Juga Dukung Prabowo Terapkan Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia

Juru bicara pemerintah kota Beijing, Xu Hajian mengatakan, pihaknya terpaksa mengambil tindakan tegas karena risiko penyebaran virus corona menjadi sangat tinggi setelah ditutupnya Pasar ikan Xinfadi.

Melansir The Guardian, setelah 55 hari tidak ditemukan infeksi baru, total kasus COVID-19 di Beijing justru meningkat tajam hingga 79 kasus hanya dalam jangka waktu 4 hari setelah terjadi gelombang baru di Pasar ikan Xinfadi.

Kereta Otonom Tanpa Rel Diretur ke China, Kemenhub: Untuk IKN Kita Cari yang Terbaik

Baca Juga: Disneyland Hong Kong Dibuka Kembali Mulai 18 Juni 2020

Ditemukan pula 1 kasus orang tanpa gejala dari 10 juta penduduk yang bermukim di sekitar Pasar Yuquandong, yang di mana kasus tersebut masih ada hubungannya dengan Pasar ikan Xinfadi.

Kereta Otonom Tanpa Rel IKN Dikembalikan ke China, OIKN Ungkap Alasannya

Atas dasar tersebut, pada Senin 15 Juni 2020 waktu setempat, pemerintah kota Beijing kemudian mewajibkan seluruh penduduknya untuk karantina di rumah dan menjalani tes COVID-19.

Otoritas setempat juga memerintahkan seluruh perusahaan di Beijing untuk mengkantina setiap karyawannya yang sempat mengunjungi Pasar ikan Xinfadi dalam 14 hari terakhir. Pun, semua penduduk yang sempat berkunjung ke Pasar Xinfadi diwajibkan untuk melapor ke pihak berwenang.

Merespons situasi tersebut, pemerintah kota Liaoning dan Xiamen di Provinsi Fujiamn, langsung meminta warganya yang sempat bepergian ke Beijing untuk mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. Hal serupa juga dilakukan pemerintah provinsi Heilongjiang yang memerintahkan setiap warganya yang sempat ke Beijing untuk mengkarantina diri selama 21 hari.

Hingga saat ini, telah ditemukan juga 10 kasus baru lain yang diimpor dari luar China. Antara lain, 4 kasus asal Sichuan yang dikonfirmasi datang dari Mesir. Sehingga jumlah kasus yang terinfeksi dari negara lain berjumlah 92.

Ketua Epidemilogis dari Beijing Centre for Disease Prevention, Wu Zunyou menyatakan, berdasarkan runtunan investigasi genetika, virus tersebut berasal dari Eropa. Akan tetapi, para peneliti masih harus mencari tahu bagaimana hal tersebut bisa memicu rantai infeksi.

Terdapat beberapa kemungkinan mengenai hal tersebut. Salah satunya adalah berasal dari makanan beku yang telah terkontaminasi oleh seseorang yang terinfeksi COVID-19. Temperatur rendah dari makanan beku dapat mengawetkan virus selama diangkut ke pasar.

Selain itu, kemungkinan lain adalah bahwa virus itu disebarkan oleh batuk dan bersin dari seseorang yang terinfeksi. Sehingga, percikan liur dari batuk dan bersin tersebut mengontaminasi makanan yang dijual di pasar tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya