COVID-19 di Beberapa Negara Meningkat Akibat Pelonggaran Pembatasan
- dw
VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat khawatir melihat beberapa negara mulai mengalami kesulitan untuk menekan laju peningkatan kasus COVID-19 setelah melonggarkan sejumlah pembatasan. Pelonggaran seperti dibuka kembali tempat-tempat esensial untuk mengatasi krisis ekonomi memunculkan dilema kesehatan.
"Sebagian besar dunia saat ini masih banyak yang mengalami gelombang pertama pandemi ini. Beberapa negara di Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Utara telah melalui puncak gelombang infeksi," kata Direktur Eksekutif Program Keadaan Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan, seperti dikutip Xinhua, Minggu 14 Juni 2020.
Baca Juga: Kabar Gembira, Peneliti Indonesia Berhasil Temukan Obat COVID-19
"Peningkatan kasus di beberapa negara terkait pembukaan kembali aktivitas masyarakat yang berkerumun tanpa jaga jarak sosial dan protokol kesehatan yang memadai. Serta, tanpa kapasitas yang memadai untuk melakukan tes, mengisolasi kasus pasien, dan kontak karantina, penyakit ini sangat mungkin dapat kembali," ujarnya.
Lebih lanjut, Ryan mengaku, tidak heran dengan meningkatnya kasus di sejumlah negara yang telah melonggarkan pembatasan atau lockdown. Bahkan, ditegaskan Ryan, munculnya kembali penyakit mematikan itu selepas pelonggaran belum tentu merupakan gelombang yang kedua.
WHO pun mengingatkan bahwa keseimbangan yang hati-hati harus bisa dicapai antara menjaga semua orang di rumah, dan terus fokus untuk menghambat penularan COVID-19. Oleh karena itu, WHO meminta agar seluruh pemerintah di negara manapun untuk mengelola masalah penyebaran virus Corona setiap menit.
"Jadi pertanyaannya adalah: apa yang harus Anda ganti setelah lockdown? Dan apa yang kita miliki sekarang dengan tidak adanya vaksin? Apakah pengawasan kesehatan masyarakat yang baik merupakan hubungan yang kuat dengan masyarakat, sehingga mereka tahu bagaimana melindungi diri mereka sendri dan mereka diberdayakan untuk melindungi diri mereka sendiri?" ucap Ryan.
"Sulit memang untuk mencapai ke dalam keadaan normal, tapi itu adalah satu-satunya cara untuk bertahan selama beberapa bulan ke depan sambil kami menunggu intervensi lain. Ini adalah dilema yang sulit, tapi kita harus segera menemukan keseimbangan itu," katanya.