Penutupan Sekolah di Masa Pandemi Picu Lonjakan Pekerja Anak

Stop Pekerja Anak
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan Organisasi PBB yang membidangi urusan kesejahteraan anak, UNICEF memprediksi, selama pandemi COVID-19 akan terjadi lonjakan pekerja anak. Hal itu merujuk pada data Bank Dunia yang menyebut angka kemiskinan ekstrem berpotensi meroket hingga 60 juta orang pada tahun ini.

UNICEF Sebut Pelarangan Israel terhadap UNRWA Berdampak "Mematikan" pada Anak Gaza

"Ketika pandemi tersebut mendatangkan malapetaka pada pendapatan keluarga, banyak pihak yang berusaha menggunakan pekerja anak," kata Direktur Jenderal ILO, Guy Ryder, seperti dikutip Japan Times.

ILO dan UNICEF juga menjelaskan dalam laporannya bahwa hubungan antara membengkaknya kemiskinan dan meningkatnya pekerja anak sangat terlihat jelas. Temuan itu berdasarkan studi di beberapa negara yang menunjukkan bahwa peningkatan 1 persen dalam kemiskinan mengarah pada setidaknya kenaikan 0,7 persen pekerja anak.

UNESCO dan UNICEF Siapkan Upaya Mitigasi Etika Penggunaan Teknologi Pendidkan

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Merosot Akibat Kasus Corona di AS Capai 2 Juta

Lanjut laporan tersebut, sebagian besar anak-anak dipaksa masuk ke dalam bentuk-bentuk pekerjaan dengan situasi buruk, yang mengancam kesehatan dan keselamatan mereka. Bahkan, bisa berujung ekspoitasi karena pekerja anak menjadi salah satu solusi untuk menafkahi keluarganya.

Prudential Gandeng UNICEF Dongkrak Angka Partisipasi PAUD di Indonesia

"Di masa krisis, pekerja anak menjadi solusi penanggulangan bagi banyak keluarga," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore.

Selain itu, kedua badan internasional tersebut juga menyuarakan kekhawatiran terkait penutupan sekolah-sekolah di masa pandemi ini. Sebab, penutupan sekolah menjadi faktor lain yang akan membuat angka pekerja anak meningkat di masa pandemi.

Mereka mencatat bahwa penutupan sekolah sementara pada sekarang ini sangat mempengaruhi mental berpikir lebih dari 1 miliar murid di 130 negara. Kemudian, ketika kelas tatap muka kembali dibuka, ada sebagian orang tua yang mungkin tidak lagi mampu membayar kebutuhan sekolah anaknya.

Makanya, dilanjutkan laporan itu, setiap negara diusulkan serangkaian langkah-langkah perbaikan, termasuk penghapusan biaya sekolah, meningkatkan perlindungan sosial, dan menyediakan akses kredit yang lebih mudah untuk rumah tangga miskin.

"Ketika kita membayangkan kembali dunia setelah COVID-19, kita perlu memastikan bahwa anaka-anak dan keluarga mereka memiliki alat yang mereka butuhkan untuk menghadapi badai serupa di masa depan," ujar Fore.

Menurut catatan terakhir ILO, yang diterbitkan pada tahun 2017, sekitar 152 juta anak di seluruh dunia dipaksa bekerja dari 2012 hingga 2016. Sementara, untuk data terbaru, ILO baru akan merilisnya pada tahun depan.

Ilustrasi bayi

Miris Lebih 200 Anak di Lebanon Tewas Akibat Serangan Brutal Israel

Konflik berkepanjangan di Timur Tengah kembali memakan korban jiwa yang mengejutkan. Hal itu diakibatkan adanya konflik Israel dengan Hizbullah di Lebanon.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024