Mengenal Sosok George Floyd, Apa Pekerjaannya Sebelum Meninggal
- KTSP TV
VIVA – Nama George Floyd kini telah menggema dan menjadi latar belakang aksi protes yang mengguncang Amerika Serikat. Floyd merupakan pria kulit hitam yang tewas di tangan polisi. Video detik-detik kematian Floyd bakal jadi momen yang tak terlupakan bagi generasi mendatang.
Sebagai pria kulit hitam yang tumbuh di pemukiman kumuh AS, kehidupan Floyd mengalami masa jatuh dan bangun. Di pengujung usianya, 46 tahun, Floyd dikabarkan sedang memperbaiki dirinya menuju jalan kebenaran. Namun, ayah 2 anak ini harus meninggal mengenaskan setelah lehernya diinjak oleh petugas polisi Minneapolis, Derek Chauvin pada akhir Mei lalu.
Baca Juga: Youtuber Terkenal AS Diduga Ikut Menjarah, Pegang Vodka Saat Rusuh
Melansir berbagai sumber, Floyd lahir dan besar di Houston, tepatnya di Third Ward, sebuah pemukiman warga kulit hitam yang setengah populasinya hidup dalam garis kemiskinan.
Masa remaja Floyd dipenuhi dengan segudang prestasi yang mentereng. Pria bertubuh tinggi besar ini menjadi salah satu pemain American Football untuk tim SMA Yates High School pada 1992 dalam kejuaraan negara bagian Texas. Ia berhasil mengantarkan timnya menjadi runner up pada ajang tersebut.
Setelah lulus SMA, Floyd kembali menjadi atlet, tapi kali ini dia beralih ke olahraga paling terkenal di AS yakni basket. Floyd direkrut menjadi pemain di tim South Florida State College di Avon Park, Florida. Dia pun sempat kuliah di tempat itu dari 1993 hingga 1995.
Pada 2007, Floyd pernah ditangkap polisi atas kasus perampokan bersenjata di Houston. Atas kasus tersebut, Floyd divonis 5 tahun penjara pada 2009. Sebelumnya, dia juga pernah ditahan atas kasus kepemilikan kokain.
Usai bebas dari penjara pada 2014, Floyd pindah ke Minneapolis untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Dia ingin berubah dan melupakan masa lalunya yang kelam. Dalam sebuah video pada 2017, Floyd pernah mengimbau kepada anak-anak muda untuk tidak menggunakan senjata api.
Baca Juga : Siapa Edward Colston, Mengapa Patungnya Dirobohkan Demonstran Inggris
Di Minneapolis, Floyd bekerja sebagai petugas keamanan di toko Salvation Army, yang merupakan sebuah lembaga amal umat Kristen. Selain itu, dia juga mempunyai pekerjaan lain sebagai sopir truk dan penjaga kelab malam Conga Latin Bistro.
"Dia selalu ceria. Sifatnya bagus. Dia selalu berdansa dengan lucu untuk membuat orang lain tertawa," kata pemiliki kelab malam Conga Latin Bistro, Jovanni Tunstrom, seperti dikutip The Guardian.
Tunstrom menambahkan, dirinya terpaksa memecat Floyd karena wabah virus Corona yang membuat kelabnya tidak boleh beroperasi. Dia pun sempat menghubungi Floyd sehari sebelum terbunuh untuk memberikan lowongan pekerjaan lain.
Rekan sekaligus mantan pemain NBA, Stephen Jackson mengatakan, Floyd dikenal sebagai pelindung dan gemar membantu teman-temannya. Dia mengatakan, Floyd pindah ke Minneapolis untuk memulai hidupnya yang baru.
"Terkahir saya berbicara dengan dia setahun yang lalu dan setiap percakapan kami tahun itu adalah soal memperbaiki diri dan menjadi ayah yang lebih baik," kata Jakcson, seperti dilansir CNN.
Kematian Floyd diawali oleh laporan penjaga toko di Minneapolis. Dia memanggil polisi karena Floyd membeli rokok dengan uang palsu pecahan US$ 20.
Selanjutnya, Floyd menolak masuk ke mobil polisi saat hendak ditangkap. Lalu, dia dibekuk oleh Chauvin, dengan cara diinjak lehernya menggunakan lutut. Floyd beberapa kali sempat mengatakan tak bisa bernapas, tapi Chauvin bergeming.
Menurut laporan pengadilan, Chauvin mencekik Floyd selama 8 menit 46 detik. Floyd tak sadarkan diri selama dua menit terakhir. Itu menjadi saat-saat terakhir kehidupannya.