Sentimen Anti China Bisa Lukai Sektor Perdagangan India

VIVA Militer: Ilustrasi perseteruan China dan India
Sumber :
  • The Statesman

VIVA – Pandemi COVID-19 telah menimbulkan kemarahan bagi beberapa negara terhadap China. Memang, India belum secara terbuka mengeluh, tapi ketidakpercayaan yang berakar terhadap tetangganya tersebut semakin meningkat.

Korsel Kirim Jet Tempur saat 11 Pesawat Militer China dan Rusia Masuki Zona Pertahanan Udaranya

Imbasnya mungkin pada pertempuran militer di Ladakh. Namun, di sektor perdagangan kedua negara juga terlibat ketegangan setelah India memperketat norma-norma investasi untuk China.

Bulan lalu, pemerintah India telah menyetujui untuk membatasi investasi asing langsung (FDI) dari negara-negara yang berbatasan dengan daratan. Penertiban itu bertujuan untuk melindungi perusahaan-perusahaan India dari investasi ganas, terutama yang berasal dari China.

Presiden China Xi Jinping: Solusi Dua-Negara Fundamental untuk Perdamaian Palestina

Hal itu menunjukkan bahwa New Delhi semakin berhati-hati dengan meningkatnya peran China dalam perekonomian India. Tindakan India ini mungkin saja sesuai dengan konteks perekonomian global baru-baru ini. Apalagi, China bukan merupakan target perdagangan baru.

Baca Juga: Tidak Bisa Belajar Online, Siswi di India Bunuh Diri

China: Kegagalan Gencatan Senjata di Gaza Akar Penyebab Kekacauan di Timur Tengah

Melansir Live Mint, berdasarkan data dari Global Trade Alert menunjukkan bahwa China telah menghadapi banyak pembatasan perdagangan dibandingkan dengan negara lain sejak 2019. Pandemi COVID-19 pun membuat kondisi Beijing semakin buruk, dengan keputusan Jerman dan Inggris yang mulai ragu untuk membiarkan raksasa teknologi, Huawei, berinvestasi.

Profesor Hubungan Internasional Univesitas Shiv Nadar, Jabin T. Jacob menyebut, keputusan India untuk membatasi perdagangan dengan China sebagai langkah oportunisme

"Karena China dituduh predator oleh negara lain dan dibenarkan demikian, India dapat melakukannya tanpa terlalu banyak menarik perhatian," kata Jacob.

"Ketakutan terhadap investasi ganas akan terjadi setelah COVID-19 membuat India lebih waspada. Tetapi, para analis dan diplomat telah mengkhawatirkan hal itu untuk waktu yang sangat lama," ujarnya.

Kebijakan FDI ini terjadi beberapa hari setelah bank sentral China menaikkan kepemilikannya di salah satu bank di India yakni HDFC menjadi lebih dari 1 persen pada bulan April. Padahal, China hanya menyumbang sebagian kecil dalam total aliran pemasukan India melalui FDI, masih di bawah Singapura dan Jepang. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya