Wabah Ebola Serang Afrika, Bagaimana Gejala Penyakitnya

Virus Ebola
Sumber :
  • vstory

VIVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumumkan adanya kasus ebola baru di Republik Demokratik Kongo pada Senin 1 Juni 2020. Wabah ebola kali ini menyebar di zona kesehatan Wangata, Mbandaka, Provinsi Equateur.

Ebola Virus Disease (EVD) atau Ebola haemorrhagic fever merupakan penyakit menular dengan tingkat keparahan yang tinggi. Penyakit ini menginfeksi manusia dan primata, yang bisa menyebabkan kematian.

WHO menyebutkan proporsi kematian akibat penyakit ebola berada di kisaran 50 persen, tepatnya antara 25 hingga 90 persen.

Sama seperti COVID-19, ebola merupakan penyakit zoonosis yang ditransmisikan dari satwa liar. Para ilmuwan meyakini inang virus ebola adalah kelelawar dari keluarga Ptreropodidae, yang merupakan jenis kelelawar pemakan buah.

Selain di RD Kongo, ebola juga menyebar di beberapa di negara lain di Afrika seperti Sierra Leone, Liberia, dan Guinea.

Melansir situs resmi WHO, Selasa 2 Juni 2020, periode inkubasi ebola memiliki interval antara 2 hingga 21 hari. Seseorang yang terinfeksi virus ebola tidak bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain sebelum ada gejala timbul.

Baca Juga: George Floyd Tewas akibat Pasokan Darah ke Otak Terhenti

Beberapa gejala penyakit ebola antara lain demam, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, dan sakit tenggorokan. Lima gejala utama tersebut kemudian diikuti oleh muntah-muntah, diare, ruam, kerusakan ginjal dan fungsi hati, pendarahan internal dan eksternal, serta jumlah sel darah putih yang rendah dan peningkatan enzim hati.

Bio Farma Bersiap Produksi Vaksin COVID-19 Berteknologi mRNA

Maka dari itu, gejala-gejala yang hampir mirip membuat sangat sulit untuk membedakan ebola dengan beberapa penyakit lain seperti malaria dan tifus.

Pasien yang menderita ebola harus mendapatkan perawatan medis. Pemasangan infus dan tata cara pengobatan sesuai gejala sangat penting untuk dilakukan.

Kongo Disebut Negara dengan Tingkat Kriminal Tertinggi di Dunia

Hingga saat ini, belum ada pengobatan spesifik bagi penderita ebola. Namun, ada beberapa perawatan potensial sepeti terapi imun, sel darah, dan obat yang sedang dievaluasi.

Vaksin resmi ebola sampai saat ini juga belum ditemukan. Akan tetapi, pada 2015, vaksin eksperimental ebola dikembangkan di Guinea.

Jadi Pusat Produksi Vaksin ASEAN, Erick Thohir: Bukti Dunia Percaya RI

Vaksin bernama rVSV-ZEBOV itu telah diuji kepada 11.843 pengidap ebola. Dari 5.837 orang yang menerima vaksin itu, tidak lagi ditemukan kasus ebola selama 10 hari dan setelahnya.

Baca juga: Novel Baswedan yang Menangkap Nurhadi dan Menantunya

Logo WHO.

WHO Sarankan Ukraina Hancurkan Patogen di Lab untuk Cegah Penyebaran

WHO, menyarankan Ukraina untuk menghancurkan patogen di laboratorium kesehatan masyarakat negara Ukraina untuk mencegah setiap potensi "tumpahan".

img_title
VIVA.co.id
11 Maret 2022