Australia Punya Kasus Mirip George Floyd tapi Tak Picu Kerusuhan Luas
- abc
Artikel ini diproduksi oleh ABC Indonesia.
Kesedihan mendalam yang dirasakan akibat kematian George Floyd di Amerika Serikat sudah sangat dipahami oleh masyarakat Aborigin di Australia. Bedanya, di sini mereka masih terus menunggu momentum untuk mendapatkan perhatian internasional.
Respon terhadap tewasnya warga kulit hitam di tangan polisi kulit putih di Amerika Serikat, sedemikian besar hingga ribuan orang turun ke jalan-jalan di berbagai kota.
Bahkan lebih dari itu, kecaman luas atas kematian Floyd telah disuarakan oleh jutaan pengguna media sosial (medsos) di seluruh dunia.
Bagi kebanyakan orang, hal ini terasa seperti momen penyadaran dan perjuangan. Namun bagi penduduk asli di Australia yang mengalami isu serupa, justru terasa pahit karena tidak mendapatkan perhatian dunia internasional.
Demonstrator berhadap-hadapan dengan aparat polisi dalam aksi protes untuk George Floyd di Minneapolis.
AP: Richard Tsong-Taatarii/Star Tribune
Sudah lebih dari 30 tahun sejak Australia mulai menangani masalah kematian penduduk asli dalam tahanan. Namun isu ini jarang sekali mendapatkan perhatian sosial atau politik.
Di tahun 1987, pernah dibentuk Komisi Khusus Penyelidikan Kematian Orang Aborigin Dalam Tahanan. Banyak rekomendasi yang ditelurkan, tapi tidak diimplementasikan.
Sejak itu, diperkirakan sudah ratusan penduduk asli yang tewas dalam tahanan.
Di saat warga Australia turut mengecam kematian George Floyd di medsos, banyak warga Aborigin bertanya dimana kalian ketika keluarga saya mengalami hal yang sama?
Apakah orang Australia kurang berempati atas kematian warganya sendiri dalam tahanan? Atau pengaruh Amerika begitu kuat sehingga kita semua memahami lebih baik perjuangan rasial di sana daripada perjuangan kita sendiri?