Siapa Sebenarnya Pria Bertato Peta Indonesia di Demonstrasi Besar AS
- The Inquirer
VIVA – Demonstrasi menuntut keadilan akibat kematian warga Afro-Amerika George Floyd masih terjadi hingga semalam. Demonstrasi ini pun terus meluas hingga ke beberapa daerah di Amerika Serikat (AS).
Aksi demonstrasi menuntut keadilan untum Floyd belakangan diwarnai dengan aksi pengrusakan fasilitas umum hingga penjarahan. Belakangan ramai di media massa seorang pendemoyang memiliki tato gambar peta Indonesia.
Viralnya pendemo bertato peta Indonesia menuntut keadilan atas kematian George Floyd ini terjadi di Philadelphia, Amerika Serikat pada 1 Juni lalu. Hal ini terkuak dari unggahan di Twitter @aganharahap.
Dalam unggahannya pada 1 Juni kemarin, akun @aganharahap itu menunggah sebuah foto dari media sosial seseorang yang menunjukkan foto pria berkaos coklat kulit dan memakai topi putih terlihat mengambil sebuah benda untuk dilemparkan ke arah kaca. Akun tersebut kemudian memperbesar tangan kanan pria tersebut yang mengambil sebuah benda untuk dilemparkan tersebut. Ternyata ketika gambar tangan itu diperbesar nampak tato peta Indonesia ada di tangan pria tersebut.
"Peranan orang Indonesia dalam kerusuhan di Philadelphia AS," tulis akun @aganharahap.
Sontak saja, unggahan tersebut menarik banyak komentar dan retweet dari pengguna Twitter.
"Hadeeuuhh...sama aja...pokoknya nekad dulu pikir belakangan, tar juga bisa minta maaf.," komentar netizen.
"Ternyata naturalisasi ga ngilangi spirit Es Te Em nya... Harusnya dia ikut normalisasi," komentar netizen.
"dimanapun kau berada jangan sampai kehilangan jiwa bar barmu," komentar yang lainnya.
Yang menarik salah satu netizen kemudian membalas tweet tersebut dan menunjukkan apa yang terjadi pada pria bertato peta Indonesia dalam aksi demonstrasi menuntut keadilan Floyd tersebut. Ternyata aksi dari pria bertato peta Indonesia itu menjarah sebuah sepatu dari merek kenamaan Nike dan New Balance.
"Hasil lootingan si jamet," komentar netizen.
Untuk diketahui, aksi demonstrasi yang terjadi di berbagai daerah di Amerika Serikat selama sepekan ini merupakan buntut dari kematian George Floyd pada 25 Mei lalu. Floyd meninggal setelah Derek Chauvin, petugas Kepolisian Minesotta yang mencekik Flyod dengan lututnya. Hingga beberapa menit kemudian Floyd perlahan berhenti berbicara dan bergerak.
Kejadian awal bermula saat Floyd berbelanja di sebuah toko di Minesotta. Kala itu, penjaga toko menghubungi petugas kepolisian lantaran mengaku bahwa Floyd membayar dengan uang palsu. Dari sanalah awal mula terjadinya insiden kematian George Floyd.
Baca juga: Antifa Dituduh Kelompok Dalang Kerusuhan Meluas AS, Siapa Mereka